Rabu 09 Sep 2020 12:35 WIB

Ekonomi Mulai Pulih, Kontraksi Harga Pabrik China Melambat

Indeks harga produsen China turun dua persen pada Agustus dibandingkan tahun lalu.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Pelanggan berbelanja di supermarket di Beijing, China, 10 Agustus 2020. Harga pabrikan China kembali turun pada Agustus yang merupakan penurunan selama tujuh bulan berturut-turut.
Foto: EPA-EFE/ROMAN PILIPEY
Pelanggan berbelanja di supermarket di Beijing, China, 10 Agustus 2020. Harga pabrikan China kembali turun pada Agustus yang merupakan penurunan selama tujuh bulan berturut-turut.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Harga pabrikan China kembali turun pada Agustus yang merupakan penurunan selama tujuh bulan berturut-turut. Tapi, laju penyusutan menjadi yang terlambat sejak maret. Ini menunjukkan, ekonomi Cina terus pulih dari penurunan tajam yang disebabkan oleh virus corona (Covid-19).

Seperti dilansir Reuters, Rabu (9/9), indeks harga produsen (PPI) turun dua persen pada Agustus dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi ini sejalan dengan prediksi dalam jajak pendapat Reuters, tapi penurunan lebih baik dibandingkan kondisi Juli yang kontraksi 2,4 persen. Secara bulanan, PPI naik 0,3 persen pada Agustus.

Sementara itu, indeks harga konsumen naik 2,4 persen pada bulan lalu dari tahun sebelumnya. Realisasi ini juga seperti yang diperkirakan, namun lebih lambat dari kenaikan tahunan 2,7 persen pada Juli.

Ekonomi China kembali tumbuh pada kuartal kedua setelah kontraksi besar-besaran akibat virus corona pada awal tahun. Indikator terkini, termasuk data ekspor dan survei Purchasing Managers’ Index, menunjukkan pemulihan yang berkelanjutan terhadap aktivitas ekonomi dan manufaktur.

Ahli statistik senior NBS Dong Lijuan menjelaskan, pada Agustus, produksi industri terus meningkat yang diiringi dengan pemulihan permintaan pasar. "Harga komoditas global seperti minyak mentah, bijih besi dan logam non-ferrous terus meningkat, mendorong rebound pada harga di tingkat pabrik domestik," ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Para pembuat kebijakan memperkirakan, aktivitas ekonomi dan permintaan konsumen akan terus meningkat karena wabah virus corona mulai terkendali. Tapi, mereka tetap memperingatkan risiko terhadap prospek ekonomi karena beberapa pasar ekspor utama China seperti Amerika Serikat dan Eropa tetap berada dalam cengkeraman pandemi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement