REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syarul Yasin Limpo mengingatkan penyuluh dari seluruh Indonesia untuk membantu petani menjaga produksi pertanian. Apalagi saat ini, penyuluh jadi ujung tombak untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi pertanian.
“Pertahankan produksi pertanian. Kalau tidak cukup, segera lapor. Kalau tidak lapor, kami anggap itu aman. Saya butuh kejujuran. Rakyat tidak boleh bersoal dengan pangan, apalagi sekarang kita dalam masa sulit,” kata Mentan Syahrul pada kegiatan Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) yang berlangsung tiap pekan via AWR.
Mentan mengingatkan membangun pertanian bukan dari belakang meja, tapi ke lapangan. Setiap wilayah beda kondisi, kendala dan tantangannya, maka dari penyuluh diketahui permasalahan lapangan di sektor pertanian.
“Secara nasional, regional, wilayah atau daerah pasti berbeda. Local problem must be respons by local respons. Masalah lokal dipecahkan dengan pendekatan lokal. Kita bicara kebersamaan. Kita selesaikan bersama," kata Mentan didampingi Sekjen Kementan, Momon Rusmono dan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi selaku moderator MSPP Vol. 19.
Mentan juga menyinggung tentang KostraTani yang harus dikembangkan secara masif. KostraTani membuka ruang komunikasi dan koordinasi pemerintah pusat dan daerah lebih harmonis.
Dedi Nursyamsi menambahkan, membangun pertanian maka kemampuan dan kompetensi penyuluh dan petani harus ditingkatkan melalui BPP yang transformasi menjadi KostraTani.
Sesi dialog MSPP diawali mendengar laporan Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP (Pusluhtan) Leli Nuryati yang berada di BPP Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulsel didampingi Kadistan Muhamad Nurdin dan Koordinator BPP Bantimurung, Siti Mansiah.
"Target luas tanam padi Maros 1.280 hektar, IP 300 dan realisasi 950 hektar. Potensi lahan 3.800 hektar ditanam tiga kali didukung 150 Poktan pada enam desa di dua kelurahan. Kendalanya sumber air, sehingga produksi belum maksimal," lapor M Nurdin selaku Kostrada Maros.
Mentan Syahrul memastikan sepanjang ada anggaran Kementan untuk petani, harus segera disalurkan. "Semua on the track. Harus optimis. Target bisa dicapai."
Kostrada Aceh Tamiang melalui Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Azwanil Fakhri berharap kejelasan status penyuluh honorer THL yang sudah lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) dan pengajuan anggaran rehabilitasi BPP setempat.
Mentan mengharapkan Aceh Tamiang dan kabupaten lain bersabar, lantaran pandemi Covid-19 memaksa anggaran Kementan dipotong Rp 7 triliun. "Kementan akan membantu, tapi pandemi harap maklum. Status penyuluh honorer, mohon yang ada diterima dulu, Kementan tetap berjuang."
Mentan mengajak para penyuluh meningkatkan produktifitas padi minimal tujuh ton per hektar, karena lahan dan pupuk memadai, seharusnya tidak ada lagi daerah yang produksinya di bawah target.
“Produksi minimal tujuh ton. Pupuk oke, lahan oke. Semua oke, berarti produksi harus tujuh ton per hektar. Kalau masih ada di bawah tujuh ton, berarti tidak mau belajar. Bila perlu jangan dikasih pupuk," katanya.
Sementara BPP Patokbeusi di Kabupaten Subang, Jabar melaporkan tentang peningkatan produksi hingga delapan ton, dari luas panen 874 hektar.
Live streaming ini diikuti sekitar 540 partisipan video conference dan 4.040 lainnya di Jakarta, Selasa (8/9) melalui pusat data pertanian, Agriculture War Room (AWR). Partisipan adalah penyuluh dari seluruh Indonesia yang antusias menyimak seruan dan ajakan Mentan Syahrul agar setia mendampingi dan mengawal petani di tengah pandemi Covid-19.
Partisipan MSPP adalah penyuluh dan fungsional pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Mereka terhubung ke AWR, setelah BPP melakukan transformasi sebagai Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani).
Di AWR, hadir sejumlah pejabat eselon satu dan Staf Khusus Mentan, Imam Mujahidin Fahmid. Hadir pula para pejabat BPPSDMP antara lain Sekretaris BPPSDMP Siti Munifah; Kabid Program dan Evaluasi - Pusluhtan, Riza Fakhrizal dan Kasubbid IM Septalina Pradini.