Rabu 09 Sep 2020 13:17 WIB

Tomat Anjlok Hingga Rp 700 per Kg, Kementan Bantu Serap

Selain tomat kementan juga menyerap produksi cabai yang daya serap pasar berkurang

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Hiru Muhammad
Buruh tani memanen tomat di area persawahan Desa Nambaan, Kediri, Jawa Timur, Senin (7/9/2020). Harga tomat di tingkat petani dalam sebulan terakhir terus turun dari sebelumnya Rp2.500 per kilogram menjadi hanya Rp400 per kilogram, sedangkan dari perhitungan petani harga jual tomat agar bisa mendapatkan balik modal adalah minimal Rp1.000 per kilogramnya.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Buruh tani memanen tomat di area persawahan Desa Nambaan, Kediri, Jawa Timur, Senin (7/9/2020). Harga tomat di tingkat petani dalam sebulan terakhir terus turun dari sebelumnya Rp2.500 per kilogram menjadi hanya Rp400 per kilogram, sedangkan dari perhitungan petani harga jual tomat agar bisa mendapatkan balik modal adalah minimal Rp1.000 per kilogramnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Harga komoditas tomat diketahui anjlok lantaran bertepatan dengan musim panen dan lemahnya daya beli masyarakat selama pandemi Covid-19.

Kepala Distribusi Cadangan Pangan, Kementerian Pertanian, Maino Dwi Hartono, mengatakan, harga tomat di wilayah sentra khususnya Pulau Jawa, turun hingga Rp 700 per kilogram (kg). Padahal biaya produksi sudah berkisar Rp 3000 hingga Rp 3.500 per kilogram. "Bahkan di Garut, Jawa Barat, sampai Rp 400 per kilogram itu juga karena faktor lokasinya yang jauh dari akses ke konsumen," kata Maino Rabu (9/9).

Ia mengatakan, sejauh ini pihaknya membantu petani dengan melakukan penyerapan dan didistribusikan kepada Pasar Mitra Tani yang dikelola Kementerian Pertanian. "Seperti di Malang, kita beli Rp 5.000 per kilogram, supaya petani masih punya semangat untuk menanam lagi. Hasil pembelian kita jual lagi dengan harga yang sama di Pasar Mitra Tani," kata dia.

Selain Tomat, pihaknya juga terus melakukan penyerapan produksi cabai yang saat ini juga mengalami kejatuhan. Ia menuturkan, jatuhnya harga tidak lepas dari produksi yang cukup besar dari daerah sentra sementara tingkat penjualan tidak seimbang.

Permintaan yang rendah salah satunya dipicu oleh daya beli yang rendah serta masih banyaknya industri hotel, restoran, dan katering yang tutup. Penutupan industri horeka dinilai cukup berpengaruh terhadap permintaan komoditas hortikultura. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement