REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Asisten Sekretaris Urusan Timur Amerika Serikat (AS) David Schenker menyatakan Lebanon dan Israel semakin dekat untuk menyetujui kerangka kerja sama di perbatasan yang disengketakan. Dia melaporkan, beberapa utusan AS memang masih berusaha menemukan titik temu dari kedua negara.
"Saya pikir kita semakin dekat dan ini akan membuka peluang bagi Lebanon dan Israel untuk membuat beberapa kemajuan nyata," kata Schenker dikutip dari Al Arabiya.
Lebanon dan Israel secara teknis berada dalam keadaan perang. Namun, studi terbaru menunjukkan potensi cadangan gas alam lepas pantai telah menarik perhatian Washington untuk menengahi kesepakatan perbatasan kedua negara.
Dari laporan ini, Washington gencar melakukan pembicaraan untuk menangani masalah perbatasan Beirut dan Tel Aviv. Schenker menyatakan AS akan memberikan kerangka kerja untuk memulai negosiasi di perbatasan.
Kerangka yang ditawarkan tersebut sangat penting dan seharusnya sudah terselesaikan sejak lama. Namun, Schenker tidak merinci poin-poin yang menjadi kesepakatan akhir untuk perundingan itu.
"Saya berharap bisa datang ke Lebanon dan menandatangani perjanjian ini dalam beberapa pekan mendatang," kata Schenker.
Selama perjalanan ke Beirut pekan lalu, Schenker menghindari pejabat Lebanon sebagai tanda frustrasi Washington terhadap elite penguasa. Ratusan ribu pengunjuk rasa Lebanon turun ke jalan Oktober lalu, menuntut diakhirinya korupsi yang mewabah.
Namun Schenker mengatakan dia telah berbicara dengan penasihat tertinggi ketua parlemen Lebanon. "Saya berharap dan saya yakin bahwa kami membuat beberapa kemajuan tambahan dan berharap untuk menyelesaikan perjanjian kerangka kerja ini sehingga Anda dan Israel dapat ... bernegosiasi tentang perbatasan Anda," katanya.
Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) terus bekerja untuk mencapai kesepakatan perbatasan darat yang saat ini dipisahkan oleh Garis Biru yang dibatasi oleh PBB. Lebanon mempermasalahkan 13 dari 200 titik di sepanjang perbatasan selatan.
Sekitar tiga utusan AS yang berbeda telah mengerahkan upaya diplomatik yang signifikan untuk membantu menyelesaikan sengketa perbatasan laut. Pada 2012, Frederic Hof mengusulkan pembagian perairan yang disengketakan di sepanjang wilayah yang disebut "Garis Hof". Ini akan membuat Lebanon mengambil 500 kilometer persegi dari total 842 kilometer.