Rabu 09 Sep 2020 17:08 WIB

Busyro: Demokrasi Sakit Ditandai Calon Tunggal di Pilkada

Demokrasi Indonesia ķrisis karena menguatnya calon berbasis politik dinasti.

Rep: Mimi Kartika / Red: Ratna Puspita
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik Muhammad Busyro Muqoddas
Foto: Republika/ Wihdan
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik Muhammad Busyro Muqoddas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik Muhammad Busyro Muqoddas menyebut, demokrasi di Tanah Air sedang sakit. Hal ini ditandai dengan munculnya potensi calon tunggal di pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 yang terjadi di 28 daerah atau 10,37 persen.

"Demokrasi bukan saja sedang sakit tapi semakin terpental, semakin sakit semakin mengalami krisis jiwa," ujar Busro dalam diskusi daring bertema oligarki parpol dan fenomena calon tunggal, Rabu (9/9).

Baca Juga

Selain itu, kata dia, demokrasi Indonesia mengalami ķrisis karena menguatnya calon kepala daerah berbasis politik dinasti. Bahkan, pada pilkada di tengah pandemi Covid-19 ini, praktik politik dinasti justru dipelopori pejabat elite di tingkat pusat hingga istana yang sedang berkuasa.

Pejabat yang masih aktif menjabat mendorong keluarga atau kerabatnya maju dalam pilkada. Busyro mengatakan, apabila mereka terpilih maka ada hubungan struktural fungsional antara kepala daerah terpilih yang memiliki hubungan keluarga dan pejabat tertinggi di negara ini.