Rabu 09 Sep 2020 20:42 WIB

Film Horor Karya Quentin Tarantino yang Gagal di Pasaran

Beberapa film horor garapan Quentin Tarantino hanya mampu menarik sedikit penonton.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Quentin Tarantino.
Foto: EPA-EFE/CHRISTIAN MONTERROSA
Quentin Tarantino.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Film Death Proof karya sutradara Quentin Tarantino adalah sebuah permata yang diremehkan. Sementara, film Grindhouse miliknya jauh lebih kontroversial.

Grindhouse merupakan film kolaborasi antara Tarantino dan Robert Rodriguez yang tayang di bioskop pada 2007. Film ini hanya mampu menarik sedikit penonton.

Penonton banyak yang tidak mengerti dengan gaya throwback film tersebut. Kembali pada eksploitasi ledakan pada 1970-an, Grindhouse menawarkan dua sentuhan film dalam satu kesatuan, yakni Planet Terror karya Rodriguez, diikuti oleh Death Proof milik Tarantino.

Eksploitasi dalam sebuah sinema adalah cita rasa yang akan didapat penonton, yakni lancang dan seram. Tidak diragukan lagi Grindhouse merupakan karya penting dalam sejarah perfilman. Gabungan dua genre tersebut membentuk premis Death Proof. Film berkisah tentang seorang pemeran pengganti pengganggu yang menguntit dan membunuh perempuan melalui mobil Death Proof miliknya. Dua adegan pertama hampir menjadi fokus (satu-satunya) Tarantino.

Dilansir di Screenrant, Rabu (9/9), dalam wawancara BFI pada 2007, AMC mencatat, premis awal film Grindhouse adalah penistaan terhadap horor. Kisah horor yang dibintangi Samuel L Jackson dengan monolog pembuka langsung dari penulis MR James itu terdengar seperti film yang menarik. Sayangnya, film itu mengalami kendala.

Dalam wawancara 2012 dengan TVV, Tarantino menyebut banyak 'Jody the Grinder' yang menggunakan stereotip berbahaya tentang kulit hitam untuk menjual konsepnya. Premis umum melibatkan karakter Jody the Grinder yang dikutuk oleh iblis dan dipaksa untuk melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan kulit putih.

Cerita itu bermasalah karena beberapa alasan. Pertama karena menyoroti sejarah rasialisme yang menyakitkan di mana orang kulit hitam secara historis telah dikomodifikasi, dilihat sebagai monster, dan sering digambarkan sebagai pemangsa perempuan kulit putih yang 'tidak bersalah'.

Film ini menyebabkan kemarahan dari penonton setelah dirilis, membuat Grindhouse hampir tidak mungkin ditayangkan. Mungkinkah Tarantino memiliki beberapa twist cerita bagus yang bisa menumbangkan premis ofensif dari luar? Bagaimanapun, itu akan tetap kontroversial.

Sepertinya Tarantino memiliki sebagian ide Jody the Grinder saat menulis film Django Unchained. Produksi terakhirnya mengambil pendekatan folkloric serupa, tetapi menciptakan pahlawan kulit hitam serta antagonis kulit hitam. Sementara Grindhouse gagal di box office, tetapi kisahnya tetap hidup.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement