REPUBLIKA.CO.ID, MERSEYSIDE -- Pelatih Everton Carlo Ancelotti memahami kesedihan yang dialami Nicolo Zaniolo yang mengalami cedera ACL pada kaki kirinya saat membela Italia melawan Belanda. Pada Januari lalu, Zaniolo sudah menderita cedara lutut kanan pada Januari.
“Saya menonton dan langsung menyadari apa yang telah terjadi. Sayangnya, saya sudah mengalaminya, jadi saya tahu betapa mengerikan rasanya,” kata Ancelotti kepada La Gazzetta dello Sport dilansir dari football Italia, Rabu (9/9).
Pelatih asal Italia itu mengaku akan menelpon Zaniolo dalam beberapa hari ke depan untuk memberikan semangat. Ancelotti yakin dia akan kuat dan kembali seperti sediakala. Ancelotti memang mengalami masalah yang sama seperti Zaniolo namun tak membuatnya putus asa.
Tetapi Ancelotti yakin Zaniolo akan melewati dengan baik karena pembedaan telah berkembang pesat dan teknik rehabilitasi pun meningkat. Karena itu, di masa depan dia akan menjadi pemain kelas dunia untuk AS Roma dan Italia.
Ancelotti mengalami cedera pada lututnya pada 1980-an. Saat itu dia berseragam AS Roma. Setelah itu ia mengubah gaya bermainnya dengan membatasi larinya. Sedangkan Zaniolo mempunyai teknik luar biasa dan diyakini bisa melakukan apa yang diinginkan.
“Yang pertama adalah Oktober 1981, Roma-Fiorentina di Olimpico. Saya melakukan lemparan ke dalam dada, dan ketika mencoba membebaskan diri dari penanda saya, saya membuat gerakan aneh dan merasakan lutut kanan tertekuk. Itu sangat menyakitkan,” jelasnya.
Ancelotti kemudian melewatkan Piala Dunia 1982 karena cedera. Ancelotti pun mengingat pelatih kebugarannya yang mengecek setiap pagi untuk menimbang berat badan tak ada perkembangan. Hal tersebut membuat dia marah. Ancelotti berharap bisa meraih Scudetto bersama Roma seperti yang pernah dilakukan Ancelotti dulu.
Ancelotti mengalami cedera keduanya pada Desember 1983 di Stadion Comunale Turin yaitu lutut kiri. Ancelotti pun merasakan banyak sakit sering dioperasi dan lebih banyak menghabiskan fisioterapi. Ancelotti menyebut sedang mengalami momen sulit waktu itu.
Ancelotti kemudian bergabung dengan Milan pada 1987 dan menjadi pemain kunci dari tim Milan yang memenangkan Scudetto, Liga Champions, Piala Interkontinental, Piala Super Eropa dan Piala Super Italia sebelum pensiun pada 1992.
“Saya tidak pernah berpikir untuk menyerah, tetapi setiap hari adalah pertempuran khusus dengan lutut saya. Mereka masih sakit, tapi saya terus berlari, naik sepeda dan melakukan tendangan bebas. Zaniolo harus melakukan hal yang sama, mencabut semangat pejuang itu,” katanya.
Ia menegaskan putus asa sama saja membiarkan cedera tak akan sembuh. Ancelotti menyarankan agar mengikuti arahan petugas medis. Zaniolo perlu melihat masa depan yang masih panjang.