REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sejak perusahaan asal Qatar mengambil alih pada 2011, Paris Saint-Germain berusaha untuk menguasai liga domestik hingga kompetisi Eropa. Meski sudah menguasai Ligue 1, namun Liga Champions masih belum juga dapat dikuasai.
Pada musim 2019/20, PSG akhirnya mampu mencapai final Liga Champions pertama mereka. Itu jadi langkah besar bagi raksasa Prancis tersebut, meski kalah 1-0 oleh Bayern Muenchen. Memang Neymar dan Kylian Mbappe memainkan peran krusial dalam kesuksesan klub asal Paris tersebut.
Namun, ada satu pemain yang terlupakan dan tak dihargai secara layak oleh PSG, yaitu Angel Di Maria. Pemain internasional Argentina itu pindah ke PSG dari Manchester United pada 2015. Sejak saat itu, pemain berusia 32 tahun tersebut sudah tampil dalam lebih dari 150 pertandingan di liga, dan mengoleksi banyak trofi.
Dikutip dari Sportskeeda, Rabu (9/9), Di Maria selalu jadi pemain kunci, tapi mulai redup sejak datangnya Neymar pada 2017. Di musim yang sama, Mbappe juga datang dengan status pinjaman dari Monaco. Tiga tahun sejak saat itu, pemain asal Prancis itu mengikuti jejak Neymar dan jadi salah satu pemain terbaik di dunia.
Di tengah bersinarnya Mbappe dan Neymar yang jadi pusat perhatian, performa Di Maria dan konsistensinya tak pernah meredup. Tahun demi tahun ia membuktikan diri jadi bagian penting dalam kesuksesan PSG, termasuk musim lalu.
Ia sudah mencetak 47 gol dan 57 assist di Ligue 1 selama membela PSG. Musim lalu, ia membukukan 8 gol dan memberikan 14 assist untuk rekan setimnya. Paling tidak, mantan pemain Real Madrid itu telah mencetak rata-rata 0,99 gol per 90 menit. Musim lalu juga, ia melesatkan 136 tendangan atau shot-creating actions (SCA) dan dan 25 goal-creating actions (GCA) di antaranya berpeluang gol.
Artinya, meski dia sering tak terlihat, Di Maria adalah salah satu pemain penting PSG. Jika mampu mempersembahkan gelar Liga Champions di masa depan, tak diragukan lagi Di Maria bakal jadi legenda dalam sejarah klub.