Kamis 10 Sep 2020 06:59 WIB

Sains Peradaban Islam Pernah Unggul Lalu Tumbang, Mengapa?

Sains peradaban Islam pernah unggul Abad Pertengahan lalu tumbang.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Sains peradaban Islam pernah unggul Abad Pertengahan lalu tumbang.  Sains Islam (ilustrasi)
Sains peradaban Islam pernah unggul Abad Pertengahan lalu tumbang. Sains Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Prestasi sains umat Islam dulu memang sangat cemerlang, bahkan pada masa kejayaannya sampai melebihi pencapaian peradaban Barat. Namun, mengapa dalam perkembangannya karya sains umat Islam menjadi sedikit?  

Dalam buku "Islam & Teknologi", Ustadz Ahmad Sarwat menjelaskan bahwa ada berbagai analisa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Salah satunya yang paling adil bahwa sebenarnya kita sudah mengalami masa-masa kejayaan di abad-abad pertengahan lalu. Hanya saat ini kita lagi mengalami down grade cukup parah.

Baca Juga

Peradaban Islam sempat menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia, bahkan sebagai kiblat teknologi umat manusia. Dan itu semua terjadi di masa pertengahan, di mana umat Islam berhasil melakukannya karena mengikuti perintah Allah SWT dalam Alquran, yaitu melakukan penelitian di alam semesta, termasuk juga menyerap semua sains yang pernah dimiliki oleh semua peradaban manusia.

Menurut Ustadz Sarwat, tidak sedikit ilmu-ilmu yang pernah berkembang di tengah peradaban manusia yang sempat diambil dan dikembangkan. Mulai dari filsafat Yunani yang yang menjadi dasar ilmu pengetahuan versi orang Barat. Lalu merambah ke berbagai sains yang dikenal peradaban lain di masa itu, seperti Romawi, Persia, India, China, dan lainnya. 

Lalu, apa yang didapatkan itu diteliti dan dikembangkan terus sehingga melahirkan banyak bidang ilmu baru, seperti biologi, kedokteran, fisika, kimia, matematika, geografi, astronomi, termasuk juga ilmu ekonomi, hukum, dan tata negara.

Seorang pengamat sejarah pernah menyebutkan bahwa orang Barat hari ini tidak kenal tokoh moyang peradaban mereka seperti Aristoles, Socrates dan 

Plato, kecuali lewat kitab-kitab berbahasa Arab.  

Menurut Ustadz Sarwat, dulu umat Islam berhasil membawa pulang kekayaan dan khazanah milik Yunani kuno, untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Lalu diambil hal-hal positifnya. Sementara, peradaban Barat pada saat yang sama sedang memasuki masa-masa kegelapan.  

Kemajuan ilmu pengetahuan mereka yang lama, aman tersimpan di pusat-pusat peradaban Islam. Dihargai, bahkan dikembangkan lagi menjadi sangat 

canggih dan maju.  

Ketika dunia ilmu pengetahuan dan teknologi mulai mengalami percepatan perkembangan, khususnya mulai abad ke-18 dan 19, posisinya sudah berbalik 180 derajat. Bangsa Eropa melejit naik membumbung tinggi dengan teknologi mereka kembangkan. Seolah-olah teknologi modern itu 100 persen hak bangsa Barat yang nota bene bukan Muslim. 

Sedangkan, umat Islam justru kembali ke zaman prasejarah. Menurut Ustadz Sarwat, yang didoktrinkan di tengah umat Islam di berbagai negeri Islam justru memusuhi ilmu pengetahuan dan teknologi. Malah di beberapa titik, muncul pesan bahwa teknologi modern itu haram, karena milik Yahudi, milik orang kafir atau milik musuh Islam. 

Kepada umat Islam juga diserukan untuk mencurigai semua yang berbau sains dan teknologi. Alternatifnya, umat Islam malah merujuk ke teknologi zaman purbakala, namun diselubungi dengan jubah 'teknologi masa kenabian'.  

Padahal, menurut Ustaz Sarwat, sesungguhnya itu hanya alibi yang mengada-ada belaka. Bagaimana tidak mengada-ada, semua mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW itu tidak diutus untuk menjadi nabi dalam urusan teknologi.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement