Kamis 10 Sep 2020 07:56 WIB

Fenomena Klaster Keluarga Mulai Marak di Yogyakarta

Setidaknya ada 68 kasus positif dari kontak erat keluarga di Yogyakarta.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Indira Rezkisari
Warga melintas di dekat mural bergambar tenaga medis dan Virus Corona di kawasan Bantul, Yogyakarta. Sebagian besar dari penyebaran Covid-19 yang ada di Kota Yogyakarta terjadi di lingkungan keluarga..
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Warga melintas di dekat mural bergambar tenaga medis dan Virus Corona di kawasan Bantul, Yogyakarta. Sebagian besar dari penyebaran Covid-19 yang ada di Kota Yogyakarta terjadi di lingkungan keluarga..

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, sudah memetakan penyebaran Covid-19 yang belakangan ini melonjak di Kota Yogyakarta. Sebagian besar dari penyebaran Covid-19 yang ada di Kota Yogyakarta terjadi di lingkungan keluarga.

"Fenomena di Kota Yogyakarta banyak yang terpapar Covid-19 pada keluarga," kata Heroe di Ruang Bima Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Rabu (9/9).

Baca Juga

Heroe menyebut, setidaknya ada 68 orang yang positif dari kontak erat keluarga yang positif. Sebanyak 68 orang ini terdiri atas 27 keluarga dengan jumlah terbesar, yakni di klaster Warung Soto Lamongan, Umbulharjo.

Dari klaster ini, sebagian besar yang positif merupakan anggota keluarga pedagang dan pembeli. Sudah ada 23 kasus yang dilaporkan positif hanya dari klaster ini.

"Paling tinggi kasus di keluarga, yaitu Soto Lamongan yang sampai 15 orang yang terpapar di lingkungan keluarga dan selebihnya pembeli. Jadi fenomena yang harus kita waspadai sebaran Covid-19 di keluarga," ujarnya.

Hingga 9 September 2020, total kasus positif di Kota Yogyakarta sudah mencapai 211 kasus dengan 142 kasus diantaranya sudah dinyatakan sembuh dan 12 kasus meninggal dunia. Sehingga, masih ada 57 kasus positif yang masih harus menjalani isolasi dan perawatan.

"Dari total 211 kasus ini, 140 orang di antaranya merupakan OTG (orang tanpa gejala)," jelasnya.

Sebagian besar OTG ini tidak dirawat di rumah sakit rujukan penanganan Covid-19. Namun, hanya menjalani isolasi secara mandiri.

 

Pemkot Yogyakarta memang belum mendapatkan selter baru yang khusus untuk OTG. Pemkot saat ini masih mengupayakan untuk mendapatkan shelter baru.

"Ini sudah beberapa hari kita mencari shelter. Untuk balai diklat sebagian besar sedang digunakan untuk diklat, sehingga tidak memungkinkan kita meminjam. Hotel-hotel sebagian besar juga ada isinya, tidak mungkin kita mencampur (tamu) dengan OTG," katanya.

Walaupun begitu ada beberapa OTG yang juga ditempatkan di posko yang sudah disediakan oleh Pemkot Yogyakarta. Salah satu yang ditempatkan di posko yakni kasus positif dari klaster Warung Soto Lamongan.

"Jadi yang Soto Lamongan itu kita ada posko karena kita belum mendapatkan shelter. Di sana dimonitor oleh Dinkes, Satpol PP, camat dan kelurahan untuk memonitor dan menyuplai di sana," ujarnya.

Pihaknya pun akan menjadikan RS Pratama sebagai shelter sementara, jika dalam waktu dekat ini kasus positif yang merupakan OTG masih terus meningkat. Namun, jika tidak segera mendapatkan shelter baru, kemungkinan akan dibentuk rumah sakit lapangan untuk OTG.

"Kalau ada kasus (baru) larinya nanti ke RS Pratama. Kita menyediakan shelter untuk mereka yang memang tidak layak untuk melakukan isolasi mandiri di rumahnya," jelas Heroe.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement