Kamis 10 Sep 2020 11:13 WIB

Penjelasan PT Inti Soal Pembayaran Gaji Karyawan

Pembayaran gaji karyawan PT Inti mulai tertunda sejak Mei 2019.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau PT Inti angkat suara mengenai kabar tertundanya gaji karyawan selama tujuh bulan. Direktur Utama PT Inti, Otong Iip, menegaskan pembayaran gaji karyawan mulai tertunda sejak Mei 2019. Meski begitu, manajemen tetap berusaha membayarkan gaji sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Foto: www.inti.co.id
PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau PT Inti angkat suara mengenai kabar tertundanya gaji karyawan selama tujuh bulan. Direktur Utama PT Inti, Otong Iip, menegaskan pembayaran gaji karyawan mulai tertunda sejak Mei 2019. Meski begitu, manajemen tetap berusaha membayarkan gaji sesuai dengan kemampuan perusahaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau PT Inti angkat suara mengenai kabar tertundanya gaji karyawan selama tujuh bulan. Direktur Utama PT Inti, Otong Iip, menegaskan pembayaran gaji karyawan mulai tertunda sejak Mei 2019. Meski begitu, manajemen tetap berusaha membayarkan gaji sesuai dengan kemampuan perusahaan. 

"Pembayaran utang gaji secara bulanan terus dilakukan dan tercatat selama kurun waktu 2020, setiap bulan ada pembayaran angsuran utang gaji hingga Agustus 2020," ujar Otong dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Kamis (10/9).

Pada Agustus 2020, lanjut Otong, karyawan menerima angsuran utang gaji untuk gaji Februari 2020 senilai Rp 1 juta per pegawai. Otong menjelaskan latar belakang terjadinya kondisi tersebut tak lepas dari Cash Flow Operation (CFO) dan ekuitas perusahaan yang berada di posisi negatif. Menurut Otong, kondisi tekanan keuangan yang cukup berat ini sudah terjadi sejak lima tahun terakhir, terhitung sejak 2014 hingga 2019, di mana laba ditahan pada neraca perusahaan sudah negatif. 

"Salah satu penyebabnya karena proyek-proyek masa lalu yang dikerjakan perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Hal ini terus berlanjut hingga perusahaan memiliki utang non produktif mencapai 90 persen," ucap Otong. 

Pada akhir 2019, ungkap Otong, manajemen baru mulai melakukan program transformasi pada lingkup bisnis, keuangan, sumber daya manusia (SDM) dan proses bisnis serta tata kelola perusahaan sekaligus melakukan restrukturisasi utang dan optimalisasi aset. Hal ini didukung dengan masuknya PT Inti ke dalam klaster industri telekomunikasi sehingga perusahaan memiliki arah dan fokus bisnis yang lebih jelas dengan lebih memfokuskan pelanggan Telkom Group.

Otong mengatakan, performansi perusahaan pada Januari hingga Agustus 2020 berada dalam kondisi yang mulai membaik. Hal ini ditunjukkan dengan posisi pertumbuhan pendapatan, Ebitda, dan Net Income tumbuh secara signifikan, meskipun secara Cash Flow Operation (CFO) masih negatif karena menanggung utang masa lalu yang cukup besar. 

Otong menerangkan, solusi yang tengah dijalankan manajemen saat ini dalam upaya penyehatan perusahaan dilakukan melalui transformasi bisnis dengan memperbesar pola Business to Business (B2B) dengan Telkom Group, transformasi keuangan dengan melakukan restrukturisasi atas utang PT Inti, dan perolehan dana talangan dari berbagai sumber dengan tetap berpedoman pada kaidah tata kelola perusahaan yang baik.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement