REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL -- Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan, pengiriman vaksin virus corona ke seluruh dunia akan menjadi tantangan bagi dunia transportasi. Meski vaksin corona belum tersedia, IATA telah bekerja sama dengan sejumlah maskapai penerbangan, bandara, badan kesehatan global, dan perusahaan obat untuk mendistribusikan vaksin secara global.
IATA mengatakan, untuk mengangkut dan mendistribusikan vaksin corona secara global dibutuhkan 8.000 unit pesawat Boeing 747. Program distribusi mengasumsikan hanya satu dosis per orang.
"Pengiriman vaksin Covid-19 dengan aman akan menjadi misi abad ini bagi industri kargo udara global. Tetapi itu tidak akan terwujud tanpa perencanaan yang cermat. Dan sekaranglah waktunya," kata Kepala Eksekutif IATA Alexandre de Juniac, dilansir BBC, Kamis (10/9).
Kepala Kargo IATA, Glyn Hughes mengatakan, pendistribusian vaksin membutuhkan alat angkut udara yang lebih kompleks. Tidak semua pesawat cocok untuk mengirimkan vaksin, karena vaksin membutuhkan ruang dengan suhu antara 2 hingga 8 derajat celcius. Bahkan, beberapa vaksin memerlukan suhu yang beku. Sementara, penerbangan ke beberapa negara termasuk sejumlah daerah di Asia Tenggara akan sangat penting karena kurangnya kemampuan produksi vaksin.
"Kami tahu prosedurnya dengan baik. Yang perlu kami lakukan adalah meningkatkannya ke besaran yang diperlukan," ujar Hughes.
Di sisi lain, distribusi vaksin ke seluruh wilayah Afrika akan mengalami kendala karena kurangnya kapasitas kargo dan kompleksitas di perbatasan. IATA mendesak pemerintah di seluruh negara untuk memulai perencanaan yang cermat terkait distribusi vaksin.
"Vaksin akan menjadi komoditas yang sangat berharga. Pengaturan harus dilakukan untuk memastikan bahwa pengiriman tetap aman dari gangguan dan pencurian," ujar pernyataan IATA.
Saat ini sekitar 140 vaksin sedang dalam tahap pengembangan awal. Sementara puluhan vaksin lainnya telah memasuki tahap uji klinis dan diharapkan bisa tersedia pada tahun depan.