Kamis 10 Sep 2020 18:18 WIB

Politisi Oposisi Belarusia Mengaku Diancam Dibunuh

Oposisi Rusia, Maria Kolesnikova ditahan di ibu kota Minsk

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Calon presiden Svetlana Tikhanovskaya (2-L), Veronika Tsepkalo (kiri), istri dan perwakilan dari calon presiden yang tidak terdaftar Valery Tsepkalo, dan Maria Kolesnikova (2-R) seorang wakil dari calon presiden yang tidak terdaftar Victor Babariko, menghadiri kampanye reli di Baranovichi, sekitar 150 km dari Minsk, Belarus, 02 Agustus 2020. Pemilihan presiden di Belarus dijadwalkan berlangsung pada 09 Agustus 2020.
Foto: EPA-EFE/TATYANA ZENKOVICH
Calon presiden Svetlana Tikhanovskaya (2-L), Veronika Tsepkalo (kiri), istri dan perwakilan dari calon presiden yang tidak terdaftar Valery Tsepkalo, dan Maria Kolesnikova (2-R) seorang wakil dari calon presiden yang tidak terdaftar Victor Babariko, menghadiri kampanye reli di Baranovichi, sekitar 150 km dari Minsk, Belarus, 02 Agustus 2020. Pemilihan presiden di Belarus dijadwalkan berlangsung pada 09 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Politisi oposisi Belarusia, Maria Kolesnikova mengatakan, petugas keamanan mengancam akan membunuhnya ketika mereka mencoba untuk mendeportasinya ke Ukraina pada awal pekan ini. Kolesnikova mengatakan bahwa dia mulai khawatir akan kehilangan nyawanya. 

“Secara khusus dinyatakan bahwa jika saya tidak meninggalkan Republik Belarus secara sukarela, saya akan dibawa keluar secara hidup-hidup atau dalam kepingan-kepingan. Ada juga ancaman untuk memenjarakan saya hingga 25 tahun," kata Kolesnikova.

Baca Juga

Kolesnikova sekarang ditahan di ibu kota Minsk. Pengacara Kolesnikova mengatakan, dia mengajukan pengaduan pidana terhadap otoritas Belarusia termasuk polisi keamanan KGB. 

Sebelumnya, politisi oposisi Belarusia lainnya, Maxim Znak diculik oleh pria yang mengenakan topeng pada Rabu (9/9). Znak adalah anggota terakhir Dewan Koordinasi oposisi yang masih aktif di Belarusia. 

Pengacara Znak mengatakan, apartemen kliennnya telah digeledah oleh komite investigasi negara. Selain itu, penyelidik juga menggeledah kantor politisi oposisi lainnya yakni Viktor Babariko. 

Pada Rabu lalu, penulis Svetlana Alexievich yang merupakan pemenang Nobel Sastra 2015 menuding pihak berwenang telah meneror rakyat mereka sendiri. Para diplomat dari tujuh negara Eropa kemudian datang ke flatnya untuk membantu melindunginya. 

Sebulan sejak pemilihan umum yang memicu kericuhan, hampir semua pemimpin kunci oposisi telah ditangkap. Ada pula yang melarikan diri atau dipaksa meninggalkan negara itu. 

Sejak Presiden Alexander Lukashenko mengumumkan kemenangan dalam pemilihan presiden yang kontroversial bulan lalu, protes besar-besaran terjadi di bekas negara Soviet tersebut. Ribuan pengunjuk rasa menentang pemerintahan Lukashenko selama 26 tahun.

Lukashenko membantah bahwa dia telah melakukan kecurangan dalam pemilu yang digelar pada 9 Agustus. Dia menindak keras para pengunjuk rasa yang menyerukan pengunduran dirinya. Lukashenko juga menolak untuk berbicara dengan pihak oposisi karena dinilai dapat menghancurkan negara. Menurutnya, Belarusia tidak boleh kembali ke dalam kekacauan yang terjadi pada 1990an setelah pecah dari Uni Soviet.

"Orang-orang sering mencela saya; 'Dia tidak akan menyerahkan kekuasaan'. Kekuasaan tidak diberikan untuk diambil, dibuang, dan diserahkan," ujar Lukashenko.

Lukashenko mempertahankan dukungan dari sekutu utamanya yakni Presiden Rusia Vladimir Putin. Negara-negara Barat sejauh ini bersikap hati-hati dalam mengambil tindakan tegas yang dapat memicu intervensi Rusia. Di sisi lain, Uni Eropa sedang menyusun daftar pejabat Belarusia yang akan dikenakan sanksi. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement