Kamis 10 Sep 2020 19:10 WIB

Charlie Hebdo tak Menyesal Buat Karikatur Nabi Muhammad

Pembuatan karikatur Nabi Muhammad telah memicu serangan ke Charlie Hebdo pada 2015.

Penerbitan kembali kartun Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo.
Foto: YOAN VALAT/EPA
Penerbitan kembali kartun Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo.

REPUBLIKA.CO.ID,  PARIS -- Direktur majalah satir Charlie Hebdo menegaskan, Rabu (9/9) media asal Prancis itu tak menyesal telah mempublikasikan karikatur Nabi Muhammad SAW. Kartun Charlie Hebdo telah memicu kemarahan umat Islam, dan membuat media itu diserang kelompok bersenjata pada Januari 2015.

"Saya tak ingin menjadi tergantung dari rasa kesewenang-wenangan fanatik," ujar Direktur Charlie Hebdo Laurent Sourisseau atau akrab dipanggil Riss, seperti dikutip France24.

"Tidak ada yang perlu disesalkan," katanya menambahkan.

Riss menjadi salah satu korban penembakan kelompok bersenjata pada 2015 silam. Ia mengalami luka di bagian bahu.

Menurutnya, apa yang ia sesali sekarang adalah melihat bagaimana sebagian kecil orang berjuang untuk mempertahankan kebebasan. "Karena jika kita tak berjuang dengan kebebasan, kita akan menjadi budak dan kita mempromosikan ideologi mematikan."

Sebanyak 10 orang terbunuh saat serangan terjadi di kantor Charlie Hebdo, termasuk Jean Cabut atau juga dikenal sebagai Cabu, Wolinski, Stephane Carb yang merupakan kartunis ternama negara itu.

Sementara itu, persidangan para pelaku penyerangan Charlie Hebdo dan supermarket Yahudi yang total menewaskan 17 orang kembali digelar bulan ini. Empat belas tersangka dihadirkan dalam persidangan di Paris.

Sourisseu menekankan bahwa kebebasan bukanlah sesuatu yang datang dari langit. "Kita besar tanpa membayangkan suatu hari kebebasan kita dipertanyakan."

Beberapa waktu lalu Charlie Hebdo mencetak ulang edisi kartun Nabi Muhammad yang memicu kecaman banyak negara Muslim, dari mulai Turki, Pakistan, hingga Iran.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement