REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama terdahulu menulis karya-karya ilmiah dengan tulisan tangan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, tanpa mengharapkan imbalan hak cipta. Bagi siapa yang menginginkan karya tersebut mereka dapat menyalinnya.
Bahkan mereka begitu khawatir apabila di hatinya terdapat niat tidak ikhlas saat menulis karya ilmiyah, seperti ingin tersohor sebagai seorang ulama.
Dikutip dari buku Harta Haram Muamalat Kontemporer karya Erwandi Tarmizi, diriwayatkan oleh Az Zahabi bahwa Al Mawardi (ulama mazhab Syafi'i wafat 450 hijriah) tidak mempopulerkan semua karya ilmiahnya saat ia hidup, ia menyimpannya di suatu tempat.
Tatkala ajal menjelang, ia berwasiat kepada salah seorang muridnya, "Kitab-kitab yang ada di tempat itu, semuanya merupakan tulisanku, aku sengaja tidak mempopulerkannya karena khawatir ada terbetik niat tidak ikhlas, apabila aku sedang sakratul maut maka letakkan telapak tanganmu pada telapak tanganku, jika aku dapat menggenggam tanganmu maka ketahuilah! Amalanku menulis kitab-kitab itu tidak diterima Allah. Ambillah kitab-kitab itu! Lalu buang ke sungai Dajlah! Jika aku tidak menggenggam tanganmu maka itu pertanda amalanku diterima seperti yang aku harapkan".
Murid itu berkata, "Pada saat ia sakratul maut, aku melaksanakan wasiatnya. Dan ternyata tangannya tidak menggenggam tanganku. Itu berarti amalannya diterima Allah". Maka aku populerkan seluruh kitabnya".
Ibnu Khairan berkata, "Kitab yang dimaksud adalah kitab yang berjudul Al Haawi Al Kabir", Siyar A'laam Nubalaa.
Kitab ini merupakan salah satu referensi penting dalam fikih mazhab syafii dan fikih perbandingan mazhab. Sekarang, kitab ini dicetak dan diperjual-belikan di toko-toko buku, terdiri dari 18 jilid besar.