Jumat 11 Sep 2020 16:10 WIB

Studi Buktikan Minimnya Emisi Mobil Listrik

Mobil listrik selain ramah lingkungan dianggap lebih hemat biaya bahan bakar.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Mobil Listrik
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Mobil Listrik

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES--Kendaraan listrik dianggap jadi solusi mobilitas ramah lingkungan karena dihadirkan sebagai kendaraan rendah emisi. Untuk membuktikanya, hal itu pun didukung oleh sejumlah riset yang menyajikan kalkulasi emisi dari mobil listrik atau electric vehicle (EV).

Dilasir dari Green Car Reports pada Jumat (11/9), studi itu dilakukan oleh Eindhoven University of Technology. Salah satu studi yang dilakukan adalah dengan membandingkan emisi karbon dioksida dari VW e-Golf dan Toyota Prius.

Baca Juga

Prius merupakan kendaraan hybrid dan dianggapp sebagai mobil paling irit bahan bakar. Dari studi itu, disebut bahwa emisi VW e-Golf lebih rendah 54 persen dibanding Prius.

Tak hanya itu, studi tersebut pun menguji jumlah emisi dari Tesla Model 3 dibanding Mercedes-Benz C220d dan Porsche Taycan S dibanding Bugatti Veyron. Hasilnya, Tesla dan Taycan mencatat emisi 65 persen dan 82 persen lebih rendah dibanding Mercedes-Benz C220d dan Bugatti Veyron.

Tentu, ini membuktikan bahwa EV menyajikan emisi yang jauh lebih rendah dibanding kendaraan konvensional. Padahal, saat ini sejumlah pembangkit listrik masih ada yang menggunakan sumber fosil. Jika kedepanya pembangkit listrik fosil dapat digantikan dengan sumber yang lebih hijau, maka otomatis hal itu akan semakin menekan emisi dalam penggunaan EV.

Studi ini pun otomatis kian membuktikan bahwa EV merupakan masa depan mobilitas yang menjanjikan. Apalagi, riset ini juga didukung oleh studi yang membuktikan bahwa EV mampu menghemat biaya perjalanan dibandingkan dengan mobil konvensional.

Diansir pada Juli lalu, studi itu dilakukan oleh Departemen Energi Amerika Serikat. Studi itu dilakukan dengan rentang penggunaan EV selama 15 tahun.

Dari studi itu, disebut bahwa pengguna EV mampu menghemat sekitar 3 ribu hingga 10 ribu dolar AS dalam penggunaan selama 15 tahun. Efisiensi itu disimpulkan berdasar biaya pengisian baterai per kWh dibanding pengisian bahan bakar minyak (BBM).

Tapi, efisiensi itu tentu bergantung pada inftastruktur dan tarif listrik di masing-masing wilayah. Meskipun, hingga saat ini memang mayoritas EV masih dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi dibanding harga mobil konvensional.

Tapi, saat ini sejumlah pabrikan masih terus mencari cara untuk dapat menekan harga EV. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan menemukan baterai low cost. Melihat upaya ini, Bloomberg New Energy Finance pun memperkirakan harga EV akan setara dengan mobil konvensional pada 2023.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement