Jumat 11 Sep 2020 15:44 WIB

Bank Muamalat Ingatkan Pentingnya Investasi Sejak Usia Muda

Instrumen yang cocok untuk pemula dan anak muda saat ini, salah satunya adalah sukuk

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Bank Muamalat mengingatkan pentingnya berinvestasi sejak usia muda. Head of Wealth Management, E-Bussiness, and Priority Segmentation Bank Muamalat, Wang Wardhana mengatakan generasi muda tidak boleh melupakan investasi sebagai bagian dari gaya hidup.
Foto: Republika/Prayogi
Bank Muamalat mengingatkan pentingnya berinvestasi sejak usia muda. Head of Wealth Management, E-Bussiness, and Priority Segmentation Bank Muamalat, Wang Wardhana mengatakan generasi muda tidak boleh melupakan investasi sebagai bagian dari gaya hidup.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Muamalat mengingatkan pentingnya berinvestasi sejak usia muda. Head of Wealth Management, E-Bussiness, and Priority Segmentation Bank Muamalat, Wang Wardhana mengatakan generasi muda tidak boleh melupakan investasi sebagai bagian dari gaya hidup.

"Banyak sekali anak muda yang lupa dan tidak mempersiapkan hari tuanya," katanya dalam Webinar Cerdas Finansial di Era New Normal, Jumat (11/9).

Padahal investasi adalah sesuatu hal yang harus dibiasakan sejak usia sedini mungkin. Wang mengatakan instrumen yang cocok untuk pemula dan generasi muda saat ini, salah satunya adalah sukuk negara karena risikonya rendah namun punya fitur menarik.

SR013 adalah seri sukuk negara yang bisa dibeli individu dengan minimal pembelian Rp 1 juta. Tenornya pun pendek yakni tiga tahun dan bisa diperjualbelikan di pasar sekunder. Sehingga sewaktu-waktu bisa diambil, setelah masa holding period selama dua bulan.

Wang mengatakan SR013 punya imbal hasil yang menarik yakni 6,05 persen. Nilai kupon tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan imbal hasil rata-rata deposito bank dan imbal hasil obligasi acuan tenor lima tahun yang sebesar 5,4 persen.

"Sukuk risikonya jauh lebih rendah dibanding reksadana, dan ini bisa jadi bridging bagi investor pemula ke instrumen lain karena risiko sukuk negara masih terukur," katanya.

Wang mengatakan SR013 punya potensi capital gain jika diperdagangkan di pasar sekunder. Ini karena jika dibandingkan dengan imbal hasil obligasi acuan tenor lima tahun yang sebesar 5,4 persen, maka SR013 pasti memiliki banyak peminat sehingga bisa meningkatkan harganya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement