REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Indonesia dikenal memiliki banyak varietas jeruk lokal yang populer secara nasional, di antaranya Siam Pontianak dan Keprok Terigas yang berasal dari Provinsi Kalimantan Barat. Dua puluh tahun silam, jeruk sambas yang merupakan sentra jeruk terbesar di Kalimantan Barat mengalami keterpurukan karena adanya serangan penyakit yang menyebabkan Kabupaten Sambas sebagai endemis CVPD. Meski demikian, secara bertahap pengembangan jeruk di Kabupaten Sambas kembali bangkit.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan memberikan arahan tentang pentingnya pengembangan pertanian ramah lingkungan. Direktorat Jenderal Hortikultura merealisasikannya melalui Gedor Horti yaitu Gerakan Mendorong Produksi, daya Saing, dan Ramah Lingkungan yang bertujuan meningkatkan kualitas produksi dan daya saing hortikultura.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyampaikan bahwa misi pertanian ramah lingkungan yang tertuang dalam Gedor Horti adalah menjamin produk yang sehat dan lingkungan yang alami serta lestari. Pengelolaan budi daya maupun pengendalian OPT harus memperhatikan dampaknya pada lingkungan dan diri kita sebagai konsumen karena produk yang sehat berasal dari bahan baku yang sehat, ungkapnya.
Anton menambahkan bahwa salah satu bentuk kegiatan terkait pencapaian Gedor Horti adalah membentuk Klinik Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). "Pengimplementasinya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Penerapan Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PPHT)," ujarnya.
Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, Yuliana Yulinda menjelaskan bahwa saat ini Provinsi Kalimantan Barat intensif dalam mendukung program Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) yang bertujuan mengembalikan kejayaan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas.
"Pada 2020 ini program PPHT Jeruk yang berada di Kabupaten Sambas dialokasikan di tiga kecamatan yakni Tebas, Selakau dan Salatiga," jelasnya.
Yuliana menambahkan bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan PPHT jeruk ini adalah mendorong petani untuk tidak selalu berorientasi pada penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian OPT. “Kita berikan pemahaman kepada petani bahwa penggunaan pestisida kimia adalah pilihan terakhir dalam pengendalian OPT," paparnya.
Menurutnya selama masih bisa menggunakan cara lain yang sederhana, murah dan yang ramah lingkungan diharapkan petani menggunakan cara-cara tersebut. "Yang dorong bukan hanya peningkatan kuantitas produksinya namun juga kualitasnya yang ramah lingkungan dan menyehatkan bagi yang mengkonsumsinya,” lanjutnya.
Salah satu contoh kegiatan PPHT Jeruk yang saat ini sedang dilaksanakan adalah di Kelompok Tani Darma Tani II, Desa Pusaka, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Pada kegiatan tersebut petani jeruk diajak untuk bersama-sama melakukan pengamatan agroekosistem tanaman serta populasi dan intensitas serangan OPT. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian dipresentasikan dan didiskusikan bersama. Hal ini bertujuan agar petani mengetahui kapan waktu yang tepat perlunya dilakukan pengendalian OPT.Selain itu, petani juga diajak untuk menanam refugia, pembuatan MOL dan pestisida organik dan juga pemasangan perangkap likat kuning untuk pengendalian OPT.
“Kami mencoba mengajak petani menciptakan ekosistem lingkungan yang berbeda atau tidak disukai oleh OPT sehingga dapat menekan penggunaan pestisida,” jelas POPT Kecamatan Tebas, Anita selaku pemandu kegiatan PPHT tersebut.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sambas mendukung program produksi buah-buahan berorientasi ekspor. Pada 2021 diharapkan petani dapat menerapkan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) yang berkaitan dengan kualitas buah dan residu pestisida.
Oleh karena itu diharapkan petani jeruk dapat lebih bijaksana melakukan pengendalian OPT dan tidak selalu mengandalkan pestisida kimia namun bisa dengan melakukan rekayasa ekosistem atau penggunaan pestisida organik. Diharapkan dari kegiatan PPHT ini dapat membantu petani dalam mengendalikan serangan OPT secara bijaksana dan pengamanan produksi sehingga meningkatkan kesejahteraan petani itu sendiri.
Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf mengapresiasi antusiasme petani serta dedikasi petugas BPTPH Provinsi Kalimantan Barat yang tetap bersemangat di masa pandemi Covid-19.
”Petugas sangat berjasa dalam membantu petani menyiapkan bahan pengendali OPT maupun memberikan arahan terkait pembuatan agens hayati. Walaupun tidak bertemu secara langsung, prosesnya dapat berhasil dengan baik. Saya harap petani yang berkumpul tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan mengikuti arahan jaga jarak,” jelas direktur yang biasa dipanggil Yanti ini.