REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Pemerintah Yordania menyatakan bahwa serangkaian ledakan masif terjadi di area Zarqa pada Jumat fajar (11/9), kemungkinan akibat korsleting listrik di dekat pangkalan amunisi militer negara itu.
Belum ada laporan mengenai jatuhnya korban dalam peristiwa yang terjadi di kota terbesar kedua yang terletak di bagian timur gurun Yordania itu. Hal itu menurut pemerintah dan komando militer.
"Penyelidikan awal menunjukkan bahwa ledakan disebabkan oleh hubungan arus pendek di depo amunisi militer yang terletak di area terisolasi dan tidak berpenduduk, serta di bawah pengawasan kamera," kata juru bicara pemerintah, Amjad Adailah.
Adailah menyebut bahwa mortir, atau meriam pendek, yang disimpan di fasilitas itu sudah tua dan tidak dapat digunakan. Namun, satu sumber anonim di militer menyebut sebagian senjata di sana merupakan rudal anti pesawat.
Pihak militer belum memberikan komentar mengenai penyebab pasti ledakan, dengan menyebutnya masih di bawah penyelidikan. Kobaran api besar berwarna kemerahan bahkan dapat terlihat dari Ibu Kota Amman, yang jaraknya sekitar 35 kilometer di arah barat daya.
"Kami merasa seperti terguncang gempa. Jendela di tempat kami bergetar dan kacanya terpecah. Anak-anak saya juga menangis," kata penduduk Zarqa, Nabila Issa, seorang ibu dengan lima anak.
Pasukan keamanan mengunci wilayah Zarqa, yang merupakan kota industri berpenduduk 1,5 juta jiwa, serta mencegah arus keluar-masuk. Jurnalis yang hendak menuju lokasi ledakan dari Zarqa pun tidak diberikan izin.
Kawasan gurun tempat ledakan terjadi juga merupakan lokasi sejumlah pangkalan militer utama Amerika Serikat (AS), termasuk landasan udara yang dibangun pada 2018. Posisi Yordania membuat negara itu ideal menjadi pusat logistik dan pasokan AS, termasuk untuk garnisun militer di Tanf, Suriah bagian tenggara.
Pejabat AS menyebut bantuan militer bagi Yordania ditujukan untuk membantu kerajaan tersebut membangun kemampuan pertahanan sebagai bagian dari strategi kawasan yang lebih luas.