REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Petugas pemadam kebakaran dan helikopter militer Lebanon pada Jumat memadamkan sisa-sisa kebakaran besar di pelabuhan Beirut yang berkobar sehari sebelumnya, hampir sebulan setelah ledakan besar menghancurkan pelabuhan itu dan daerah sekitarnya.
Kebakaran pada Kamis (10/9), yang menurut para petugas dipicu oleh kegiatan pengelasan selama perbaikan setelah ledakan di pelabuhan Beirut bulan lalu, melanda beberapa distrik di Beirut dengan awan besar hitam dan asap tajam.
Kebakaran itu menyebabkan kepanikan di Kota Beirut, yang masih gelisah setelah ledakan bulan lalu.
Ledakan pelabuhan Beirut pada 4 Agustus memperburuk tantangan di Lebanon, yang sedang bergulat dengan krisis ekonomi yang dalam serta menghadapi ancaman stabilitas terbesar sejak perang saudara 1975-1990.
Departemen pertahanan sipil mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa petugas pemadam kebakaran berhasil memadamkan api pada Jumat pagi setelah bekerja sepanjang malam dan sedang mendinginkan area tersebut untuk mencegah api berkobar lagi.
Presiden Lebanon Michel Aoun dalam pertemuan Dewan Pertahanan Tertinggi pada Kamis malam mengatakan kebakaran itu mungkin disebabkan oleh sabotase, kesalahan teknis, atau kelalaian. Untuk itu, ia meminta penyelidikan dilakukan secara cepat terhadap peristiwa kebakaran tersebut.
Banyak warga Lebanon merasa frustrasi karena mereka belum diberi tahu tentang temuan awal dari penyelidikan tentang ledakan di pelabuhan Beirut bulan lalu, yang menewaskan sekitar 190 orang dan melukai 6.000 orang.
Pemerintah mengundurkan diri setelah kejadian ledakan pelabuhan. Perdana menteri Lebanon yang ditunjuk, Mustapha Adib, berupaya untuk segera membentuk kabinet baru awal pekan depan untuk memenuhi tenggat dua pekan yang disepakati di bawah tekanan Prancis.
Pembentukan kabinet pemerintahan di Lebanon biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan.