Jumat 11 Sep 2020 21:46 WIB

Flu Babi Marak, Jerman Minta China tak Larang Total Impor

Jerman minta China hanya menerapkan larangan impor terbatas pada produk babi

Red: Nur Aini
Flu Babi (ilustrasi).
Foto: Dok Kementan
Flu Babi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Asosiasi peternak Jerman, DBV, pada Jumat (11/9) meminta China hanya menerapkan larangan impor terbatas, bukan larangan impor total nasional terhadap produk daging babi Jerman, usai muncul kasus flu babi Afrika pada babi liar di negara itu.

"Saya harap pasar China tetap terbuka. Saya harap mereka akan melakukan aksi serupa layaknya Uni Eropa (EU) dengan langkah regional, yakni hanya daging dari wilayah tertentu yang tidak bisa diekspor ke manapun di EU," kata Kepala DBV Joachim Rukwied.

Baca Juga

Korea Selatan, pasar terbesar kedua bagi produk daging babi Jerman di luar EU, pada Kamis (10/9) telah menjatuhkan larangan impor, setelah flu babi Afrika ditemukan pada bangkai babi liar, bukan babi ternak. Jerman adalah negara produsen daging babi terbesar di Eropa dengan ekspor utama ke negara-negara Asia, khususnya China dengan nilai impor mencapai 1,2 miliar dolar AS tahun lalu.

Rukwied mengatakan para peternak babi di Jerman prihatin "bahwa flu babi akan berarti pasar untuk daging di Asia akan jatuh", sementara pasar dalam negeri tidak cukup besar untuk menampung pasokan dari sektor peternakan babi.

"Kami amat sangat prihatin, kami mengkhawatirkan tekanan pasar," kata Rukwied. Ia menambahkan bahwa Asia menjadi pasar penting untuk menjual bagian babi, seperti telinga dan buntut, yang tidak diminati di pasar Eropa.

Pemerintah Jerman juga menekankan larangan impor regional hanya terhadap area-area yang terkena wabah flu babi Afrika, bukan larangan secara keseluruhan. Flu babi Afrika tidak berbahaya bagi manusia, namun berakibat fatal pada babi. Sejumlah negara memberlakukan larangan impor dari wilayah di mana flu tersebut ditemukan, bahkan jika pada babi liar.

Penyakit itu berasal dari Afrika, sebelum menyebar ke Asia dan Eropa. Kini telah ada ratusan juta babi yang mati akibat penyakit tersebut, sehingga mempengaruhi pasar daging dan pakan global.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement