Sabtu 12 Sep 2020 13:28 WIB

Penjelajah Klasik China dari Kalangan Muslim

Pelaut Muslim ikut memberikan andil dalam penjelajahan China.

Penjelajah Klasik China dari Kalangan Muslim. Foto: kapal laksamanan Cheng Ho di Nanjing Cina
Foto: Amusingplanet
Penjelajah Klasik China dari Kalangan Muslim. Foto: kapal laksamanan Cheng Ho di Nanjing Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Sejak dulu, bangsa China sudah melakukan perjalanan jarak jauh melintasi negara-negara tetangga. Pelaut Muslim ikut memberikan andil dalam sejarah ekspedisi bangsa China.

- Zheng He atau Cheng Ho

Baca Juga

Sejarawan Amerika Gavin Menzie mengatakan, armada laut yang dipimpin Zheng He telah menyambangi Benua Amerika jauh sebelum seseorang bernama Christopher Columbus datang bersama rombongannya. Dia juga dianggap sebagai versi nyata dari Sinbad yang telah mengarungi tujuh lautan.

Zheng He sebenarnya bernama Ma He. Dia dilahirkan pada 1371 dan merupakan keturunan jauh dari Sayyid Ajjal Shams al-Din Omar. Leluhurnya itu adalah seorang Persia yang mengabdi pada Kekaisaran Mongol dan ditunjuk sebagai Gubernur Yunnan pada masa-masa awal Dinasti Yuan. Kakek buyut dan kakeknya telah menyandang gelar haji, yang artinya sudah pernah ke Makkah untuk melakukan ibadah haji.

Pada sekitar 1405 dan 1433, Kekaisaran Ming mendanai sejumlah pelayaran menjelajah dunia. Tercatat ada tujuh seri pelayaran yang dilakukan di bawah kepemimpinan Zheng He. Armada yang dipimpinnya terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 kapal laut. Kapal terbesar mempunyai panjang sekitar 120 meter dan lebar 50 meter. Berbagai negara telah disambangi armada Zheng He, termasuk beberapa wilayah di Indonesia.

 

- Ma Huan

Ma Huan lahir pada 1380 di Huiji, Provinsi Zhejiang. Dia merupakan penerjemah yang menemani Zheng He dalam tiga dari tujuh kali pelayaran yang pernah dilakukan. Pada ekspedisi tahun 1413, dia mengunjungi Champa, Jawa, Sumatra, Siam, Kochi, dan Hormuz.

Pada 1421, dia bertolak ke Malaka, Aru, Sumatra, Kalkuta, Zufar, dan Hormuz. Lalu di tahun 1431, perjalanan yang ditempuhnya menuju Bengal, Chittagong, Sonargaon, Gaur, dan Kalkuta. Setelah dari Kalkuta, dia mendapatkan misi khusus ke Makkah.

Selama melakukan ekspedisi, Ma Huan selalu mengambil catatan tentang kondisi geografi, politik, cuaca, lingkungan, ekonomi, adat istiadat, sampai tata cara menghukum penjahat. Setiap kali kembali dari perjalanan panjangnya (dimulai sejak perjalanan pertamanya), dia selalu menulis buku berisi petualangannya. Setelah mengalami banyak revisi, akhirnya buku itu selesai pada 1451 dengan judul Ying-yai Sheng-lan. Buku itu menjadi bahan acuan sejarah tentang adanya pelayaran skala besar yang dilakukan Dinasti Ming. 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement