REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Organisasi non-pemerintah Mediterranea mengatakan sekelompok imigran yang diangkut oleh kapal tanker Denmark akhirnya tiba di dataran. Setelah terombang-ambing selama lebih dari satu bulan di Mediterania.
Dalam pernyataannya Mediterranea mengatakan para imigran itu dibawa ke Sisilia setelah Italia mengizinkan mereka masuk. Saat ini masih ada sekitar 25 orang yang berada di kota Pozzallo, Sisilia, selatan Italia karena alasan kesehatan.
"Kebuntuan maritim paling panjang dan memalukan dalam sejarah Eropa akhirnya berakhir," cicit Mediterranea setelah para imigran sampai di daratan, Ahad (13/9).
Pada Jumat (11/9) lalu para imigran itu naik kapal kemanusiaan Italia Mare Junio yang dioperasikan Mediterranea. Setelah kapal tanker Maersk Etienne yang mengangkut imgran-imigran itu sejak awal bulan Agustus lalu menurunkan mereka di pinggir pantai Malta.
"(Orang-orang di dalam kapal) dalam kondisi fisik-psikis yang membuat mereka sudah tidak mungkin lagi bertahan di kapal tanker," kata Mediterranea mengenai proses perpindahan itu.
Awak kapal tanker Maersk Etienne menyelamatkan para imigran termasuk seorang perempuan pada 4 Agustus lalu di dekat Malta. Mereka diangkut dari perahu kayu yang langsung tenggelam setelah operasi penyelamatan berakhir.
Kapal tanker Maersk Etienne itu milik perusahan perkapalan Denmark Maersk Tankers. Perusahan tersebut mengatakan baik pemerintah Malta, Italia atau Libya yang membiarkan para imigran itu berlabuh ke wilayah mereka.
"Blokade selama 40 hari ini tidak bisa ditoleransi," kata organisasi kemanusiaan SOS Méditerranée di Twitter.
Organisasi asal Prancis itu meminta negara-negara Uni Eropa memberikan solusi bagi hampir 300 imigran yang berada di atas kapal lembaga kemanusiaan Spanyol Open Arms. Selama bertahun-tahun Italia menjadi jalur imigran menuju Eropa.
Sudah ratusan ribu imigran yang mencari suaka di Eropa masuk dari Italia. Sementara pantai barat Libya menjadi tempat para imigran Afrika memulai pelayaran mereka ke benua itu.
Usaha Italia yang dibantu penjaga pantai Libya sempat berhasil memblokir penyelundupan manusia selama beberapa waktu. Sehingga gelombang imigran yang masuk ke negara itu sempat menurun. Tapi meningkat kembali pada tahun 2020.