Ahad 13 Sep 2020 12:46 WIB

Gajah Sumatra Liar Kini Dipasangi Alat Pelacak Posisi

GPS dipasang untuk mengetahui posisi kawanan gajah liar secara berkala.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Pawang (mahout) memeriksa kesehatan mulut gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) jinak.
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Pawang (mahout) memeriksa kesehatan mulut gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) jinak.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bekerja sama dengan Forum Konservasi Leuser (FKL) memasang alat pelacak posisi atau GPS collar pada kelompok gajah Sumatra liar di Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto melalui Kepala Pusat Latihan Gajah (PLG) Aceh Saree Andi Aswinsyah mengatakan, GPS collar dipasang sebanyak tiga unit di tiga gajah liar. "GPS ini dipasang untuk mengetahui posisi kawanan atau kelompok gajah liar secara berkala melalui satelit, sehingga mempermudah proses mitigasi konflik satwa liar dengan manusia yang kerap terjadi terutama di Kabupaten Aceh Timur," kata Andi, Ahad (13/9).

Dia mengatakan, pemasangan GPS collar pertama dilakukan pada gajah betina dengan berat hampir empat ton di dalam kawasan hak guna usaha (HGU) PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.

"Gajah yang berhasil dipasang GPS collar tersebut kemudian diberi nama Nadia mengingat GPS Collar itu merupakan sumbangan dari Nadia Hutagalung, seorang presenter sangat peduli konservasi," kata Andi.

Selanjutnya, pemasangan GPS collar kedua dilakukan pada kelompok gajah yang ditemukan oleh tim gabungan di Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur. Gajah ini juga berjenis kelamin betina.

"Gajah yang diperkirakan berumur sekitar 20 tahun dengan berat lebih dari dua ton ini ditemukan setelah tim gabungan melakukan pencarian seharian pada 9 Maret 2019," ucap Andi.

Terakhir, tim gabungan BKSDA dan FKL memasang GPS collar ketiga terhadap kawanan gajah liar pada berjenis kelamin betina dengan bobot 3,6 ton pada Jumat (11/9). "Kawanan gajah ini juga ditemukan di kawasan HGU PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur," kata Edi Syahputra, tim supervisor proteksi gajah FKL,

Edi menambahkan, tim gabungan berjumlah 20 orang ini termasuk medis, pawang gajah atau mahot, dan penembak, sebelumnya mencari kawanan gajah liar tersebut menyusuri hutan dan perkebunan sawit sejak Selasa (8/9).

HGU perusahaan yang telah ditumbuhi semak belukar memang membuat gajah menyukai tempat seperti ini. Menurut Edi, kotoran gajah terlihat berserakan di beberapa lokasi, bahkan ada yang berada di jalanan. Di hari keempat, tim gabungan akhirnya kemudian menemukan kawanan gajah sedang beristirahat.

Setelah dilumpuhkan dengan bius, gajah betina tersebut dipasangi GPS Collar. "Gajah dipasangi GPS Collar tersebut diperkirakan baru melahirkan. Ini terlihat dari susu yang penuh. Setelah alat dipasang, gajah betina itu dilepaskan kembali," kata Edi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement