REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Nelayan tradisional di pesisir selatan Kabupaten Lebak, Banten mewaspadai gelombang tinggi di Perairan Samudera Hindia dan memilih tidak melaut untuk menghindari kecelakaan laut."Peluang gelombang pesisir selatan itu berkisar antara 4-6 meter dan cukup membahayakan bagi nelayan perahu kincang," kata Enung (55) seorang nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Binuageun, Kabupaten Lebak, Ahad.
Kebanyakan nelayan tradisional di perairan selatan Kabupaten Lebak tidak melaut karena gelombang cukup tinggi dan bisa mengakibatkan kecelakaan laut. Mereka terpaksa menambatkan ratusan perahu di lokasi PPI Binuangeun sambil menunggu cuaca kembali normal.
Selain itu, sebagian nelayan juga memperbaiki jaring yang mengalami kerusakan. "Kami lebih baik tidak melaut karena cuaca pesisir selatan Lebak kurang bersahabat," katanya.
Sementara itu, nelayan TPI Bayah Kabupaten Lebak Ahmad (55) mengatakan dirinya bersama puluhan nelayan di sini tidak melaut karena angin cukup kencang disertai peluang tinggi gelombang antara 4-6 meter.Jika memaksakan melaut dipastikan perahu kincang berukuran 3X1,5 meter persegi dengan mesin tempel bisa terbalik menghadapi gelombang tinggi.
"Kami tidak berani melaut karena cuaca dan gelombang di pesisir pantai selatan sangat tinggi, sehingga membahayakan keselamatan jiwa," ujarnya.
Sementara itu, Ahmad Hadi, seorang petugas PPI Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak mengatakan berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) diprediksi tinggi gelombang pesisir selatan Lebak, Banten berpeluang 4-6 meter.
Karena itu, pihaknya meminta nelayan maupun wisatawan sebaiknya tidak melakukan kegiatan melaut mulai Pantai Binuangeun, Suka Hujan, Bagedur, Karangtaraje, Cibobos, Bayah, Pulau Manuk, Sawarna hingga Pelabuhanratu, Sukabumi."Kami minta nelayan pesisir Lebak selatan tidak melaut karena cuaca buruk itu," ujarnya.