REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Di antara orang-orang yang menemukan kebenaran dan mengakui kerasulan nabi Muhammad hingga memeluk Islam adalah Salman Al Farisi atau dengan nama kunyah dikalangan sahabat yakni Abu Abdullah. Salman Al Farisi yang berasal dari Desa Jayyun, Isfahan, Persia itu awalnya adalah orang Majusi atau Zoroastrianisme. Pencariannya akan agama yang benar mengantarkannya terlebih dulu pada agama Nasrani.
Salman Al Farisi memeluk agama Nasrani dan tinggal di gereja. Kala itu Salman Al Farisi berpindah asuhan dari satu pendeta ke pendeta lainnya. Hingga sampai pada salah satu pendeta, Salman Al Farisi diberi tahu bahwa tidak lama lagi akan ada seorang nabi yang diutus dengan agama Ibrahim.
Pendeta itu mengungkapkan bahwa nabi akhir zaman itu akan muncul dari negeri Arab dan tempat hijrahnya adalah sebuah negeri di antara dua dataran bertanah hitam. Diantara keduanya banyak buah kurma yang memiliki ciri-ciri menonjol. Pendeta itu mengungkapkan bahwa nabi itu mau memakan hadiah tapi tidak mau memakan sedekah. Dan diantara dua bahunya ada segel kenabian.
Setelah pendeta itu wafat, Salman Al Farisi pindah dan menetap beberapa lama di Amuriyah. Singkat kisah, Salman pun bertemu dengan para saudagar dari kabilah Kalb asal Arab. Kepada para saudagar itu Salman meminta agar dirinya dibawa ke negeri Arab dan sebagai imbalan agar orang-orang Arab itu mengajaknya, Salman pun memberikan sapi dan barang-barang berharga miliknya. Namun malang, sesampainya di sebuah tempat bernama Wadil Qura para saudagar itu menzalimi Salman Al Farisi hingga menjadikannya budak dan menjualnya kepada lelaki Yahudi.
Salman Al Farisi pun akhirnya tinggal dengan orang Yahudi itu. Ia pun terheran karena tempat tinggal orang Yahudi itu penuh dengan pohon kurma. Salman Al Farisi pun berharap telah sampai di negeri sebagaimana disebutkan pendeta Nasrani sebelumnya. Tetapi Salman kemudian dijual kembali ke orang dari Bani Quraizhah, Madinah atau saat itu masih bernama Yastrib. Salman pun dibawa ke Madinah. Salman pun mendapati bahwa kota Madinah sama sebagaimana tanda-tanda yang disampaikan pendeta. Ia pun tinggal di kota itu.
Satu waktu, seorang tamu majikannya datang sementara Salman Al Farisi tengah berada di atas pohon kurma. Tamu itu menyampaikan bahwa Bani Qailah sedang berkumpul di Quba bersama seorang lelaki yang baru tiba dari Mekkah yang diyakini sebagai nabi. Ketika mendengar cerita tamu itu, Salman Al Farisi pun terkejut sampai nyaris jatuh dari pohon kurma.
Salman pun penasaran dan mencoba mencari tahu tentang sosok lelaki itu. Salman Al Farisi pun membawa makanan untuk disedekahkan kepada Rasulullah yang masih ada di Quba. Salman pun mengutarakan tujuannya dan untuk memberikan sedekah makaman itu kepada Rasulullah. Namun, Rasulullah justru tidak menyentuh sama sekali makanan sedekah itu. Rasulullah malah menyuruh para sahabat yang ada bersamanya memakan sedekah dari Salman Al Farisi. Dari situ lah, Saman Al Farisi pun mendapati kesesuaian tanda seorang Rasul sebagaimana disampaikan pendeta yakni tidak mau memakan sedekah.
Beberapa waktu kemudian Salman pun membawa kembali sebungkus makanan. Kala itu Rasul telah berada di Madinah. Salman pun menyampaikan tujuannya datang dengan makanan sebagai hadiah dan penghormatannya kepada Rasulullah. Rasulullah pun menerima hadiah itu dan menyantap makanan yang dihadiahkan Salman bersama para sahabat.
Setelah beberapa lama, Salman Al Farisi mendapat tanda kerasulan lainnya sebagaimana disampaikan pendeta. Salman mendatangi Rasulullah yang berada di Baqi Al Gharqad yakni sebuah komplek pemakaman. Saat itu sedang akan dimakamkan jenazah salah seorang sahabat.
Sementara Rasulullah sedang duduk di tengah para sahabat. Setelah mengucapkan salam, Salman Al Farisi pun berjalan kebelakang Rasulullah untuk mencari segel kenabian atau Khatam An Nubuwwah sebagaimana dikatakan pedeta. Rasulullah pun menyadari hal itu. Rasulullah tiba-tiba menurunkan surban yang menutupi punggungnya sehingga Salman Al Farisi pun bisa dengan jelas melihat segel kenabian. Seketika Salman Al Farisi pun langsung memeluk Rasulullah sambil menangis. Salman pun menceritakan segala hal yang telah dilaluinya hingga bertemu Rasulullah. Ia pun akhirnya memeluk Islam dan menajdi salah satu dari para sahabat Rasulullah.
Sumber: Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia karya Muhammad Fethullah Gulen dengan judul aslinya An Nur Al Khalid Muhammad Mafkhirat Al Insaniyah.