Senin 14 Sep 2020 11:00 WIB

Bank Sentral Eropa Alihkan Beban Pemulihan ke Pemerintah

Tingkat utang Zona Euro sudah melampaui 100 persen dari PDB tahun ini.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Uni Eropa.
Foto: EPA/Patrick Seeger
Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT – Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan, pemerintahan Zona Euro harus terus mengeluarkan uang banyak untuk membantu pemulihan Zona Euro dari resesi akibat pandmei Covid-19. Kebijakan fiskal ini diharapkan dapat melengkapi kebijakan moneter yang sudah sangat longgar.

Seperti dilansir di Reuters, Ahad (13/9), tingkat utang Zona Euro sudah melampaui 100 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini. Kondisi tersebut meningkatkan kekhawatiran peningkatan pengangguran dan pendapatan seiring dengan upaya pemerintah untuk mendorong lebih banyak insentif dunia usaha maupun beberapa subsidi.

Baca Juga

Lagarde menyebutkan, keyakinan di sektor swasta sangat bergantung pada kepercayaan dalam kebijakan fiskal. "Kebijakan fiskal ekspansif yang berkelanjutan sangat penting untuk menghindari pemutusan hubungan kerja yang berlebihan dan mendukung pendapatan rumah tangga hingga pemulihan ekonomi bisa lebih kuat," tuturnya dalam Pertemuan Tahunan Dewan Gubernur Bank Sentral dan Otoritas Moneter Arab.

Skema subsidi pekerjaan telah diperpanjang di beberapa negara. Tapi, banyak pihak menganjurkan agar perpanjangannya bisa lebih lama, sekitar satu atau dua tahun, guna meningkatkan kepercayaan sembari menunggu pemulihan Zona Euro dari resesi. Diperkirakan, PDB kawasan ini terkontraksi delapan persen sepanjang 2020.

Lagarde menekankan, mempertahankan skema dukungan di sektor tenaga kerja sangat penting. "Khususnya untuk menghindari peningkatan tajam terhadap tingkat pengangguran di akhir tahun," katanya.

Lagarde juga mendesak kesepakatan akhir tentang dana pemulihan 750 miliar euro Uni Eropa, yang masih dalam negosiasi dan berada di tengah perselisihan politik. Dari sisi moneter, Lagarde memastikan, ECB siap menyesuaikan semua instrumennya sesuai dengan kebutuhan.

ECB diketahui telah melonggarkan kebijakan beberapa kali pada tahun ini. Terbaru, ECB memperkirakan, langkah-langkah relaksasi itu akan menambah 1,3 poin persentase pada pertumbuhan dan 0,8 persentase pada inflasi hingga 2022.

Lagarde juga berkali-kali menekankan, ECB akan 'hati-hati' dalam menilai data yang masuk. Termasuk di antaranya penguatan euro, yang berisiko meredam pertumbuhan dan inflasi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement