Senin 14 Sep 2020 11:00 WIB

Pandemi, Tenaga Kesehatan Harus Gargle Povidone Iodine?

Berkumur dengan povidone iodine disebut bermanfaat selama pandemi corona.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Obat kumur (Ilustrasi). Berkumur dengan antiseptik povidone iodine dapat dilakukan sebagai pelengkap protokol kesehatan yang sudah ada.
Foto: Republika/Amin Madani
Obat kumur (Ilustrasi). Berkumur dengan antiseptik povidone iodine dapat dilakukan sebagai pelengkap protokol kesehatan yang sudah ada.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu cara menjaga kebersihan rongga mulut adalah dengan berkumur. Belum lama ini beredar kabar obat kumur yang mengandung povidone iodine mampu membunuh virus corona penyebab Covid-19, benarkah demikian?

Satgas Covid-19 PB Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia Prof Drg Rahmi Amtha MDS SpPM PhD mengatakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan penggunaan antiseptik sebagai bagian dari kebersihan diri untuk mengurangi paparan dan transmisi penyakit infeksi, termasuk Covid-19. Persoalannya, selama masa pandemi Covid-19, penggunaan alat pelindung diri (APD) dan praktik menjaga kebersihan tangan oleh tenaga kesehatan tidaklah cukup.

Baca Juga

"Harus dilengkapi dengan praktik kesehatan rongga mulut dan saluran pernapasan, seperti dengan berkumur sampai dengan tenggorokan atau yang kita kenal dengan ber-gargle," ujar Rahmi.

WHO telah mengungkapkan bahwa penyebaran Covid-19 terjadi melalui droplet dan aerosol. Rahmi menjelaskan, salah satu tempat yang dilewati oleh droplet dan aerosol adalah nasofaring dan orofaring dim ana didalamnya ada kandungan air liur atau saliva yang mengandung konsentrasi sangat tinggi Covid-19 sebanyak 1,2 x 108 kopi/mL.

Penularan Covid-19, pada saat orang berbicara atau membuka mulutnya itu langsung tiga hal muncul sekaligus. Yang keluar pada saat manusia buang napas, yaitu dalam bentuk spreader, droplet, dan aerosol. Masing-masing dibedakan hanya dari ukuran saja.

"Yang paling jauh sebaranya bisa mencapai enam meter pada saat seseorang bersin, kalau batuk lebih pendek, dan kalau rendah kalau dia membuang napas secara cepat," tutur Rahmi yang juga Guru Besar Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti ini.

Penularan Covid-19 melalui droplet nuclei (aerosol), droplet juga aerosol itu, bisa bersifat airborne dan bertahan hingga tiga jam. Melalui droplet,  seseorang bisa terinfeksi virus corona, baik langsung maupun tidak langsung.

"Viral load terbanyak kisarannya ada di daerah nasofaring dan orofaring alias mulut, selain di paru," kata Rahmi.

Bagian ini yang menjadi reservoir utama penyebaran droplet atau aerosol. Pengobatan yang berlaku sekarang, semua tindakannya dilakukan secara sistemik.

"Sedangkan resevoirnya. yaitu yang berada di nasofaring dan orofaring ini sebenarnya masih bisa diintervensi dengan melakukan tindakan-tindakan, kalau berkaitan nasofaring bisa gargling dan kalau orofaring bisa dilakukan dengan cara spray," ungkap Rahmi.

Maka sesuai dengan jurnal kesehatan, menurut Rahmi, direkomendasikan bagi tenaga kesehatan untuk berkumur dan ber-gargle dengan PVP-I 0,5 persen sampai 1 persen dalam rongga mulut hingga tenggorokan selama 30 detik. Cara ini perlu diulang setiap empat jam sekali hingga empat kali sehari.

“Terutama bagi tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam penanganan pasien terduga atau terkonfirmasi positif Covid-19, menangani prosedur berisiko tinggi pada pasien tidak bergejala, berada di daerah berisiko tinggi Covid-19, mengalami keterbatasan APD, serta sebelum dan setelah kontak dengan pasien," jelas Rahmi.

Selain terbukti efektif terhadap SARS-CoV-2, PVP-I juga terbukti secara in vitro efektif terhadap virus corona yang menyebabkan wabah SARS-CoV 2002-2003 dan MERS-CoV 2012- 2013. Adanya kesamaan genetik yang cukup besar antara SARS-CoV-2 dengan SARS-CoV dan MERS-CoV, membuat penggunaan PVP-I sangat dianjurkan untuk memutuskan rantai penularan SARS-CoV-2.

"Oleh karena itu, penggunaan PVP-I oleh tenaga kesehatan dan pasien layak diterapkan bersama APD, sebagai upaya mencegah transmisi virus SARS CoV-2 dan mengurangi kemungkinan tertular Covid-19," tutur Rahmi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement