Senin 14 Sep 2020 16:25 WIB

PBNU: Penusukan Syekh Ali Jaber Bagian dari Teror

Motif yang dilakukan pada kasus-kasus serupa, utamanya serangan pada ulama, serupa.

Rep: zainur mahsir ramadhan/ Red: Agus Yulianto
Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini mengutuk keras tindakan anarki terhadap Syekh Ali Jaber di Bandar Lampung. Pihaknya juga meminta, agar kepolisian mengusut tuntas kejadian tersebut.

"Jadi apakah ini ada yang menyuruh atau bagaimana?. Karena ini memang harus dilihat lebih lanjut," ujar dia ketika dikonfirmasi Republika, Senin (14/9).

Jika memang terorganisasi, dirinya meminta agar ‘dalang’ dari aksi itu bisa ditemukan. Sebab, motif yang dilakukan pada kasus-kasus serupa, utamanya serangan pada ulama, dia nilai, ada kesamaan.

"Ya kita harus urai. Ini modusnya apa? Apakah mau memecah belah umat, provokasi atau apa. Betul-betul kita memohon polisi untuk mengusut tuntas,’’ tambah dia.

Namun demikian, Helmy menuturkan, jika masyarakat dan pihaknya saat ini tidak boleh berandai-andai. Meskipun, kejadian terhadap Syekh Ali Jaber ia sebut memang bagian dari teror.

Sambung dia, aksi penyerangan pada ulama dan Syekh Ali bisa saja menjadi upaya kapitalisasi opini internasional. Khususnya, agar dunia internasional melihat jika Indonesia adalah negara yang tidak aman.

"Dari situ, bisa muncul sentimen seperti radikalisme yang subur di Indonesia," ucapnya.

Helmy menyatakan, meski opini publik saat ini semakin berkembang, keputusan pihak berwenang tetap harus ditunggu. Mengingat, olah TKP dan analisis dari kepolisian serta intelijen masih berjalan, kata dia.

"Ke depan harus hati-hati, jika ada maksud acara seperti ini, harus dalam pantauan aparat keamanan. Jadi nggak boleh kendor lagi," ungkap dia.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement