REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran disebut sedang merencanakan pembunuhan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Afrika Selatan (Afsel) Lana Marks. Hal itu dilakukan untuk membalas kematian mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
Kabar tentang Iran yang merencanakan pembunuhan terhadap Marks dilaporkan situs berita Politico pada Ahad (14/9). Ia mengutip laporan intelijen AS yang dilihat seorang pejabat pemerintah dan pejabat lainnya yang mengetahui dokumen tersebut.
Kedua sumber itu mengungkapkan, Marks menjadi target karena kedekatannya dengan Presiden AS Donald Trump. Menurut laporan Politico, Marks telah diberi tahu tentang ancaman pembunuhan terhadapnya. Kedutaan Besar Iran di Afsel disebut terlibat dalam plot tersebut.
Dikutip laman Times of Israel, laporan intelijen AS menyebutkan bahwa para pejabat di Washington telah mengetahui ancaman umum terhadap Marks sejak musim semi. Namun ancaman itu kian spesifik dalam beberapa pekan terakhir. Laporan mencatat bahwa Iran menjalankan operasi klandestin atau rahasia di Afsel dan Marks mungkin lebih rentan daripada utusan AS di negara-negara lain. Sebab di tempat lain, Washington memiliki koordinasi keamanan yang lebih baik dengan otoritas lokal.
Marks (66 tahun) adalah perancang busana dan tas mewah yang berbasis di Palm Beach, Florida. Dia adalah teman lama Trump dan merupakan anggota klub eksklusif Mar-a-Lago. CEO dari Lana Marks Collections itu lahir dan besar di Afsel. Dia berasal dari keluarga terkemuka di komunitas Yahudi di Port Elizabeth. Pada 2018, Trump menunjuknya menjadi duta besar untuk negara tersebut.
Pada Januari lalu, AS membunuh mantan komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani di Bandara Internasional Baghdad, Irak. Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak Washington.
Perintah pembunuhan Soleimani datang langsung dari Trump. Dia mengklaim Soleimani memiliki rencana yang membahayakan para diplomat dan pasukan AS di Irak serta kawasan Timur Tengah. Oleh sebab itu, Washington membunuhnya. Peristiwa itu nyaris menyeret AS dan Iran dalam peperangan.
Sehari setelah serangan tersebut, Iran melancarkan serangan misil ke pangkalan militer Irak yang dihuni tentara AS. Kendati cukup masif, serangan itu tak menimbulkan korban jiwa. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah menyatakan akan ada aksi balasan terhadap Washington atas kematian Soleimani.