REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Aturan Filipina untuk memperpendek jarak fisik menjadi 30 sentimeter di transportasi umum dinilai para ahli sebagai keputusan yang berbahaya dan prematur. Apalagi Filipina kembali mencatat rekor baru jumlah kematian akibat Covid-19.
"Ini akan berisiko, sembrono, kontra-intuitif, dan akan menunda perataan kurva," kata Anthony Leachon, mantan presiden Philippine College of Physicians, kepada saluran berita ANC.
Mengurangi jarak antarpenumpang secara bertahap hingga sepertiga dari minimum 1 meter dapat menjadi bumerang. Para ahli dan profesional medis memperingatkan, dan memperpanjang gelombang pertama infeksi yang telah diperangi Filipina sejak Maret.
“Sekalipun memakai pelindung wajah dan masker, mengurangi jarak di antaranya akan berbahaya,” ujar Leachon, kemudian menambahkan bahwa jarak 1 atau 2 meter itu telah sesuai standar minimum internasional.
Aturan baru itu mulai berlaku pada Senin, ketika Filipina melaporkan 259 kematian baru yang dikonfirmasi, rekor untuk kedua kalinya dalam tiga hari.
Total kematian meningkat menjadi 4.630. Sementara infeksi meningkat dua kali lipat dalam 35 hari terakhir menjadi 265.888 kasus, yang merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara.
Aturan baru dari Kementerian Transportasi memotong jarak fisik menjadi 75 sentimeter pada Senin (14/9), dilanjutkan dengan 50 sentimeter pada 28 September. Lalu 30 sentimeter pada 12 Oktober mendatang. Percakapan dan panggilan telepon di dalam transportasi umum telah dilarang.
Kementerian kesehatan pada hari Senin mendesak masyarakat untuk "ekstra waspada" dalam kondisi perjalanan yang ketat dan memilih moda transportasi lain jika memungkinkan. Sistem transportasi Manila terkenal padat, dengan perjalanan biasanya melibatkan antrean panjang dan beberapa perubahan.
"Kemungkinan kita akan melihat peningkatan kasus dan pemulihan akan berjalan lambat jika kita melakukan ini sekarang," kata ahli epidemiologi Antonio Dans.
Dans adalah anggota aliansi profesional kesehatan yang bulan lalu memohon pengetatan penutupan Manila, sebuah jeda waktu untuk menghentikan rumah sakit dibanjiri oleh pasien Covid-19. Rencana tersebut bertujuan untuk membantu ekonomi yang menurut pemerintah berkontraksi 5,5 persen tahun ini, atau perlambatan terburuk dalam 35 tahun.
"Membuka kembali ekonomi tidak akan pernah terjadi kecuali penularan virus dikendalikan," tambah Leachon, mantan penasihat satuan tugas Covid-19 pemerintah, dikutip Reuters.