Senin 14 Sep 2020 18:50 WIB

Tanpa Indonesia, Piala Thomas Ibarat Sayur Tanpa Garam

Indonesia resmi mundur dari Piala Thomas 2020.

Rep: Fitrianto/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Piala Thomas dan Uber 2020
Foto: Infografis Republika
Piala Thomas dan Uber 2020

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat bulu tangkis, Broto Happy Wondomisnowo menyebut perhelatan Piala Thomas tanpa kehadiran Indonesia adalah seperti sayur tanpa garam. Indonesia memastikan mundur dari kejuaraan bulu tangkis bergengsi beregu putra dan putri yang rencananya digelar 3-11 Oktober di Aarhus, Denmark.

Broto menyatakan, saat ini Indonesia masih yang terbaik di ajang Piala Thomas. "Kita masih yang terbaik dengan pengoleksi gelar terbanyak yakni 13 gelar. Lebih banyak tiga gelar dari Cina dan delapan gelar lebih banyak dari Malaysia," kata Broto kepada Republika, Senin, (14/9).

Untuk materi pemain Piala Thomas pun, lanjut Broto, saat ini Indonesia dihuni pemain-pemain kelas dunia. "Di nomor ganda ada tiga pasangan terbaik dunia Kevin/Marcus (nomor satu dunia), Hendra/Ahsan (2) dan Fajar/Rian (6). Nomor Tunggal ada Anthony Sinisuka Ginting (6) dan Jonatan Christie (7)," ujarnya.

"Dengan koleksi gelar dan materi pemain yang ada, Indonesia menjadi unggulan pertama Piala Thomas. Maka, tanpa kehadiran Indonesia, Piala Thomas Ibarat sayur tanpa garam. Namun saya dengar BWF akan melakukan pertemuan untuk membahas kelanjutan Piala Thomas dan Uber 2020," kata dia.

Broto tak memungkiri secara peluang, Indonesia cukup terbuka untuk merebut gelar Piala Thomas tahun ini. Namun menurutnya kesehatan dan keselamatan pemain harus lebih diutamakan. Jadi keputusan mundur adalah sudah tepat.

"Saya setuju dan mendukung penuh langkah PP PBSI yang membuat keputusan mengejutkan pada Jumat (11/9) malam. Yaitu menyatakan mundur dari penyelenggaraan Putaran Final Piala Thomas-Uber 2020 yang bakal digelar di Aarhus, Denmark, 3-11 Oktober," Katanya.l.

Broto menambahkan, di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda, keputusan mundur induk organisasi tepok bulu Indonesia itu sudah tepat. Ditambah lagi ada 59 negara, termasuk Denmark, yang sebelumnya juga sudah menolak kedatangan Warga Negara Indonesia sebagai imbas dari pandemi Covid-19.

"Indonesia memilih mundur semata-mata demi kesehatan dan keselamatan pebulutangkis. Apalagi, induk organsiasi bulu tangkis dunia, BWF, juga tidak memberikan jaminan keselamatan atlet apabila ada yang terjangkit virus korona," jelasnya.

Seandainya Denmark tetap membuka pintu bagi tim Indonesia untuk datang, lanjut Broto konsentrasi dan semangat tarung para pemain tidak penuh. "Hendra Setiawan dkk., pasti kurang nyaman. Mereka selalu waswas dengan kesehatan dan keselamatan terhadap kemungkinan terpapar Covid-19, baik dalam perjalanan, saat transit, atau ketika di tempat pertandingan," kata dia.

"Dengan mundur, kita tidak kehilangan muka. Ini tetap sebuah keputusan terhormat. Alasannya demi keselamatan pemain. Toh, tak hanya kita yang memilih absen. Korea Selatan, Thailand, Hong Kong, China Taipei, Singapura, hingga Australia juga sudah lebih dulu memilih tidak tampil," ujarnya..

Ia yakin, langkah Indonesia ini akan diikuti sejumlah negara kuat lain. Dan kalau makin banyak yang absen, tidak ada jalan lain bagi BWF, selain memilih menunda hajatan beregu bergengsi ini. Yang sebenarnya layak digugat adalah BWF. Mengapa mereka ngotot menggelar kejuaraan di tengah pandemi yang belum mereda? Mereka sepantasnya berkaca pada ajang-ajang lain yang jauh lebih bergengsi, seperti Olimpiade Tokyo atau sepakbola Piala Eropa, terpaksa ditunda hingga tahun depan demi menjamin keselamatan atlet," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement