Senin 14 Sep 2020 22:41 WIB

55.000 Relawan Ikut Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sputnik V

Proses uji klinis vaksin Covid-19 Sputnik V sudah dilakukan sejak akhir Agustus.

Proses uji klinis vaksin Covid-19 Sputnik V sudah dilakukan sejak akhir Agustus (Foto: ilustrasi vaksin Covid-19)
Foto: AP Photo/Ted S. Warren
Proses uji klinis vaksin Covid-19 Sputnik V sudah dilakukan sejak akhir Agustus (Foto: ilustrasi vaksin Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusia mengumpulkan sebanyak 55.000 orang relawan yang bersedia ikut dalam pengujian klinis vaksin Covid-19 Sputnik V. Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) sebagai pengelola program pengembangan vaksin menyebutkan, 55.000 relawan berhasil dirangkul dalam waktu dua pekan.

"Dalam waktu dua pekan saja, 55.000 relawan telah berhasil direkrut di Moskow lebih dari yang diperlukan, yakni sebanyak 40.000 untuk fase uji klinis Sputnik V setelah (vaksin ini) terdaftar," kata Pemimpin Eksekutif RDIF, Kirill Dmitriev, dalam pernyataannya, Senin (14/9).

Baca Juga

RDIF bersama Institut Gamaleya, lembaga penelitian vaksin Rusia, memulai proses uji klinis tahap III untuk mengkaji kemanjuran, kemunculan respons imun, serta keamanan Sputnik V sejak akhir Agustus lalu. Pada 20 Agustus 2020, Wakil Direktur Kinerja Ilmiah Institut Gamaleya, dr Denis Logunov, mengatakan bahwa serangkaian uji klinis yang dilakukan terhadap vaksin itu telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, tanpa efek samping berarti.

"Terlepas dari hal itu, sertifikat izin ini mewajibkan kami untuk menjalankan uji klinis lanjutan yang lebih luas, dan nampaknya kami mempunyai protokol besar untuk 40.000 orang peserta," kata Logunov ketika itu.

Rusia berulang kali meyakinkan bahwa vaksin yang dikembangkan dengan basis human adenovirus itu sejauh ini terbukti aman. Pasalnya, lebih dari 250 uji coba klinis telah dilakukan.

"Lebih dari 75 publikasi internasional telah dikeluarkan untuk mengonfirmasi keamanan vaksin dan obat-obatan medis dari human adenovirus," kata Dmitriev dalam pernyataan yang sama.

Walaupun demikian, sejumlah kritik dilontarkan terhadap pengembangan Sputnik V, baik dari politisi maupun pakar kesehatan negara-negara lain. Kritik diberikan mengenai transparansi data hasil uji coba hingga jaminan keamanan vaksin tersebut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement