REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus positif yang berkaitan dengan pedagang kaki lima (PKL) di Malioboro, Yogyakarta, bertambah enam kasus baru positif pada 14 September ini. Enam kasus baru ini merupakan kontak erat dari PKL yang merupakan kasus pertama ditemukan di Malioboro.
"Yang terpapar itu kontak erat dengan pedagangnya (kasus pertama). Ada yang satu keluarga terpapar karena kebetulan bergantian berdagangnya. Ada yang ikut shalat jamaah berbarengan (juga terpapar)," kata Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi kepada wartawan melalui pesan teks, Senin (14/9) malam.
Hingga saat ini pihaknya masih melakukan tracing (pelacakan) dari kasus PKL yang sempat berjualan di zona tiga Malioboro tersebut. Pelacakan yang awalnya hanya dilakukan terhadap kontak erat pun diperluas.
Sehingga, tidak hanya kontak erat dari kasus pertama yang dilakukan tracing. Namun, pedagang yang bukan kontak erat lainnya di seluruh zona Malioboro juga di-tracing.
"Maka saat ini sedang kita tracing meluas dan swab acak (di kawasan Malioboro) sebagai sampel untuk menentukan statusnya seperti apa. Pedagang yang tidak kontak erat sebagai sampel dari utara sampai selatan (Malioboro)," ujar Heroe yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta tersebut.
Hal ini dilakukan dalam rangka pengambilan keputusan yang lebih lanjut terkait aktivitas di Malioboro. Sehingga, hasil tracing ini nantinya akan menjadi bahan pertimbangan bagi Pemkot Yogyakarta untuk menutup atau tidaknya kawasan Malioboro.
"Masih (ada PKL yang beraktivitas saat ini di Malioboro), tapi hanya ruas-ruas yang ada PKL positif yang diliburkan untuk keperluan tracing dan swab. Kita baru ambil keputusan dari data yang mendukung dan ada pendapat ahli yang bisa menjelaskannya," jelas Heroe.