Selasa 15 Sep 2020 02:23 WIB

Legislator Desak Pemprov Jateng Atasi Kekeringan di Wonogiri

Potensi sumber air Seropan mencapai 750 liter per detik.

Legislator Desak Pemprov Jateng Atasi Kekeringan di Wonogiri (ilustrasi).
Foto: Dok Solopeduli
Legislator Desak Pemprov Jateng Atasi Kekeringan di Wonogiri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah mendesak Pemerintah Provinsi mengucurkan bantuan dana guna mengatasi dampak kekeringan yang terjadi di Kabupaten Wonogiri.

"Pemprov Jateng bisa mengucurkan dana untuk pengoptimalan pemanfaatan mata air di Seropan, Gunung Kidul, untuk menjadi sumber air bersih bagi Kabupaten Wonogiri," kata Wakil Ketua Komisi D DPRD Provinsi Jateng Hadi Santoso di Semarang, Senin (15/9).

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, potensi sumber air Seropan mencapai 750 liter per detik. Saat ini baru dimanfaatkan sekitar 260 liter per detik, sedangkan untuk Kabupaten Wonogiri baru sebesar 50 liter per detik.

"Padahal perkiraan Dinas PU Kabupaten Wonogiri kekurangan kebutuhan air bersih mencapai 680 kubik per hari, masih sangat terjangkau karena potensinya bisa mencapai 1.267 kubik per hari," ujarnya.

Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera itu, meskipun berada di Gunung Kidul, sumber air Seropan ini sudah dapat dimanfaatkan, karena sudah ada perjanjian kerja sama antarpemanfaatan air bersih.

BBWS, kata dia, sudah mengizinkan, bahkan saat ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat Pracimantoro, tapi masih ada permasalahan yang perlu intervensi Pemprov Jateng maupun Pemkab Wonogiri.

"Kalau dulu masalah air bersih di Wonogiri karena ketidakadaan sumber mata air, sekarang dengan adanya Sumber Seropan, Sumber Waru dan Banyutowo tinggal dana dan teknologi, pemprov harus ambil bagian," katanya.

Sumber air Seropan sudah dimanfaatkan oleh 16.656 jiwa yang tersebar di Desa Glinggang, Gedong, Gebangharjo, Watangrejo, Joho, Petir, dan Gambirmanis, namun masih ada 9.713 jiwa yang belum teraliri air bersih.

"Masalah yang muncul masih tingginya kehilangan air sampai 20 persen yang disebabkan optimasi pompa dan perpipaannya, serta SR yang masih belum merata, ini memerlukan dana yang cukup besar," ujarnya.

Hadi menyebutkan Pemprov Jateng bisa membantu masalah ini melalui beberapa alternatif, yakni pengadaan pipa saluran melalui bantuan keuangan kepada Pemkab Wonogiri atau bantuan keuangan kepada pemerintah desa, sedangkan untuk pompanisasi bisa melalui hibah kepada pemerintah daerah lain dalam hal ini pemerintah daerah Gunung Kidul.

"Melihat skala prioritas optimasi, sumber Seropan ini menjadi prioritas pertama, selanjutnya eksplorasi air tanah Banyutowo menjadi agenda selanjutnya," katanya.

Pemprov Jateng, kata dia, sudah memulai memberikan perhatian terkait kekeringan di Kabupaten Wonogiri, dengan mengalokasikan 42 titik sumur dalam sejak 2014, pengadaan pipa sambungan dengan Bantuan Keuangan kabupaten sebesar Rp7 miliar pada 2017, membangun 16 embung di daerah Pracimantoro, Paranggupito dan Giritontro, serta membangun infrastruktur pengambilan air di Banyutowo.

"Tahun ini masih ada dua embung yang kita bangun, di Gendayaan Paranggupito 1 dan Giritontro 1, SPAM Regional Wososukas, dan Waduk Pidekso, semoga bisa mempercepat penyelesaian kekeringan secara permanen," ujarnya.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement