Selasa 15 Sep 2020 07:10 WIB

Makna dan Keindahan Alquran Surat ar-Rahman

Surat ar-Rahman dijuluki sebagai Mempelai Alquran

Membaca Alquran (ilustrasi)
Foto: republika
Membaca Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran mengandung begitu banyak keindahan, baik dari segi bahasa maupun kandungan maknanya. Salah satu surah yang menarik perhatian banyak ilmuwan bahasa ialah surah ar-Rahman.

Menurut Ahmad Fuad Effendy dalam Sudahkah Kita Mengenal Alquran? (2013), para ahli tafsir Alquran menggelari surah tersebut sebagai 'arus al-Qur'an, 'mempelai Alquran.' Sebab, surah itu menghadirkan nuansa keindahan dan keceriaan, dilihat dari banyaknya bunga-bunga bahasa dan pernak-pernik kesastraannya.

Baca Juga

Meskipun termasuk golongan surah Madaniyah--surah-surah Alquran yang turun tatkala Nabi Muhammad SAW bertempat tinggal di Madinah--ar-Rahman mengetuk hati dan pikiran manusia tentang penciptaan alam semesta dan manusia itu sendiri. Sifat demikian umumnya ditemukan dalam surah-surah Makkiyah, yang turun di Makkah.

Berikut ini beberapa contoh dan penjelasan tentang keindahan surah ke-78 itu.

Pertama, sasaran surah ini ialah manusia dan jin secara bersamaan. Lihat, misalnya, pada ayat ke-14, 15, dan 33 dari surah ar-Rahman. Begitu pula pada ayat ke-31 yang menyebut kata ats-tsaqalan yang berarti 'manusia dan jin.'

Kedua, pengulangan "فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ" hingga 31 kali. Ayat itu sendiri berarti 'Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?'

Menurut Effendy, pengulangan pragmatik (pertanyaan yang tak dimaksudkan sebagai permintaan informasi) yang sama tetapi dalam topik dan konteks berbeda-beda, menorehkan kesan indah yang luar biasa.

"Berulang-ulang tapi tidak membosankan, malahan membikin penasaran. Lebih dari itu, pertanyaan berulang-ulang itu seakan mengaduk-aduk perasaan pendengar dan pembacanya, dan menohok jiwa manusia yang mengingkari nikmat Tuhan yang tak terhingga," ujar penulis yang juga anggota Dewan Pembina King Abdullah bin Abdul Aziz International Center Saudi Arabia.

Ketiga, dalam surah ini terdapat tiga ayat yang mengisyaratkan keterhubungan antara keseimbangan langit dan kecurangan yang dilakukan manusia tatkala menimbang.

Arti ayat ketujuh hingga kesembilan dari surah itu ialah sebagai berikut. "Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keseimbangan/keadilan). Janganlah kamu melampaui batas keseimbangan itu. Tegakkanlah neraca itu dengan adil dan janganlah kamu mencurangi timbangan."

"Seolah-olah," kata Effendy, "ketika seseorang melakukan kecurangan dalam menimbang, maka keseimbangan arsy atau langit pun ikut tergoncang."

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement