REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa memimpin serah terima jabatan (sertijab) sembilan jabatan panglima komando utama (pangkotama) dan kepala badan pelaksana pusat (kabalakpus) TNI AD. Selain itu, Andika juga menerima laporan korps kenaikan pangkat 56 perwira tinggi (pati) TNI AD di lantai dasar Gedung E Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad), Jakarta Pusat, Kamis (25/6).
Salah satu yang mendapat kenaikan pangkat adalah Brigjen Susilo yang kini menjabat asisten operasi kepala staf Komando Strategis Cadangan AD (Asops Kas Kostrad). Dengan validasi organisasi dan tugas (orgas), kini semua jabatan asisten Kaskostrad yang sebelumnya diemban Kolonel, menjadi diduduki Brigjen atau bintang satu.
Dalam tayangan yang disiarkan akun Youtube TNI AD pada Senin (14/9), Brigjen Susilo menceritakan perjalanan kariernya yang bisa dibilang moncer. Menurut dia, sebelum penugasan maka harus pamit kepada keluarga yang ditinggal supaya semuanya tenang. "Sebelum dinas, keluarga dulu. Kalau keluarga harmonis dan enak, insya Allah dinas pun akan lancar dan tak terbebani," kata mantan komandan Komando Resor Militer 051/Wijayakarta (Korem 051/WKT) ini.
Susilo mengaku, berdasarkan pelajaran yang dialami, pemimpin yang sukses itu kuncinya adalah membahagiakan orang tua. Secara khusus, ia berpesan agar setiap orang bisa membahagiakan orang tua. Dia pun tak lupa semua pencapaiannya berkat sumbangsih sang ibu bernama Siti Khotidjah.
"Sampai hari ini saya bersyukur dan menyadari, ibu saya pendidikan dari SD mungkin gak lulus. Tapi doanya, karena saya setiap mulai masuk Akabri, beliau yang selalu menjaga saya," ujar lulusan SMAN 1 Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah ini,
Karena itu, Susilo berpesan kepada semua orang yang ingin sukses dalam menjalani kehidupan, agar jangan sekali-kali mengecewakan orang tua. Dia mendorong setiap orang untuk membahagiakan orang tua, karena bisa menentukan perjalanan hidup seseorang.
"Jadikanlah orang tuamu raja maka kau akan jadi raja. Tapi kau jadikan orang tuamu pembantu maka kau akan jadi pembantu. Dan ini sudah cerita riwayat Rasulullah sudah disampaikan. Pernah seorang sahabat menanyakan dan dijawab, ibumu, ibumu, ibumu," kata Susilo yang pernah menjadi komandan Brigif Para Raider 18/Trisula.
Susilo pun teringat kisah waktu remaja kala kelas III SMA 1 Lasem. Dia sempat merenung, dengan melihat kondisi keluarga maka tidak mungkin bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi atau kuliah. Pertimbangannya, sebagai anak laki-laki pertama dan adik-adiknya masih kecil, ia tak mau membebani orang tua.
Susilo pun mengenang masa mudanya. Dia teringat salah satu temannya yang sempat tidak naik kelas di sebuah SMA, dan akhirnya pindah ke SMA 1 Lasem yang mau menerimanya. Siswa pindahan itu akhirnya duduk satu bangku dengan Susilo. Begitu menjelang kelulusan, Susilo diajak temannya tersebut yang menyerahkan blangko pendaftaran untuk masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).
"Tahun 1989 itu media belum ada koran pun (terbatas), saya tak tahu Akabri, yang saya tahu Marinir. Akabri itu gimana? Saya dikasih foto ini sekolah pemimpin Letnan Dua, terus ada foto PDH (pakaian dinas harian) taruna, ini saya lihat foto polisi," kata Susilo yang kelahiran 1969.
Sang teman pun menegaskan kepada Susilo jika Akabri bukan polisi, lantaran kakaknya penjadi pelatih lari di Akabri (sekarang Akmil). Dari situ, Susilo mendaftar dan dinyatakan lulus hingga sekarang menyandang pangkat bintang satu. Dia pun bersyukur atas pencapaian yang diraihnya sekarang.