Selasa 15 Sep 2020 14:52 WIB

Normalisasi Bahrain, UEA, dengan Israel Jadi Kekalahan Arab

Penandatanganan normalisasi Israel dengan UEA dan Bahrain disebut sebagai hari hitam

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Para anggota kabinet AS bertepuk tangan usai Presiden Donald Trump mengumumkan normalisasi hubungan Bahrain-Israel, Jumat (11/9).
Foto: EPA
Para anggota kabinet AS bertepuk tangan usai Presiden Donald Trump mengumumkan normalisasi hubungan Bahrain-Israel, Jumat (11/9).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mendesak negara-negara Arab memboikot acara seremonial penandatanganan perjanjian normalisasi Israel dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain. Kegiatan itu diagendakan dilakukan di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (15/9).

Shtayyeh mengatakan penandatanganan itu merupakan "hari hitam" dalam sejarah bangsa Arab. "Hari ini akan ditambahkan ke kalender penderitaan Palestina dan kalender kekalahan Arab, karena memberikan pukulan maut kepada Inisiatif Perdamaian Arab serta solidaritas Arab," katanya pada Senin (14/9), dilaporkan laman kantor berita Palestina WAFA.

Baca Juga

Dia mengungkapkan saat ini kabinetnya tengah mempertimbangkan untuk merekomendasikan agar Presiden Palestina Mahmoud Abbas merevisi hubungan dengan Liga Arab. Menurutnya, Liga Arab telah bungkam atas pelanggaran mencolok terhadap resolusinya sendiri.

Shtayyeh memandang Liga Arab sebagai simbol ketidakmampuan Arab. "Apakah masuk akal bahwa orang Arab menerima izin Israel untuk salat di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang masih di bawah pendudukan, dengan syarat?" ujarnya.