REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teknologi jaringan 5G digadanggadang akan menjadi teknologi yang dapat membantu kegiatan manusia menjadi lebih cepat dan efisien. Sebagai teknologi lanjutan dari 4G long term evolution (LTE) yang kita nikmati saat ini, teknologi 5G menawarkan latensi dan throughput yang jauh lebih baik.
"Latensi 5G dibanding dengan 4G itu 30 sampai 50 kali lebih cepat, hanya satu millisecond. Untuk throughput bandwith memang kita tahu 5G, simple-nya dari megabyte ke gigabyte gitu ya. Jadi, ini 100 kali lebih cepat dibanding dengan 4G," ujar Huawei Consumer Business Group Direc tor Lo Khing Seng dalam acara webinar "5G is On, for Smart and Better Indonesia", beberapa waktu lalu.
Menurutnya, arsitektur jaringan 4G adalah lebih kurang 10 ribu untuk satu kilometer persegi. Sementara jaringan 5G dapat mencapai satu juta konektivitas per satu kilometer persegi. Sementara, untuk mobilitas, jaringan 5G diujicobakan pada high speed railway dengan kecepatan 500 kilo meter per jam.
Jaringan 5G juga dapat berfungsi dengan baik di uji coba tersebut. Sementara 4G hanya mentok di 350 kilo meter per jam. Terkait arsitektur jaringan, Khing Seng mengungkapkan, 5G memiliki karakteristik menarik, yaitu fleksibilitas dan mampu mendeteksi kebutuhan apa yang diutamakan.
"Jadi bisa memfokuskan, apakah kebutuhan untuk throughput atau latensinya yang diperlukan oleh user. Inilah yang membuat 5G menghasilkan connectivity menjadi lebih smart, lebih intelegence," kata Khing Seng.
Secara tren global, teknologi jaringan 5G ini akan lebih banyak digunakan untuk enhanced mobile broad band, ultra-reliable low latency communication, dan massive machine type communication.