REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) mencatat lebih dari 70 perawat Tanah Air meninggal dunia usai dinyatakan positif terinfeksi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Perawat yang tidak tertolong ini tersebar di berbagai wilayah.
"Lebih dari 70 perawat telah gugur akibat pandemi Covid-19. Virus ini juga merenggut nyawa tenaga kesehatan yang lain seperti bidan, tenaga kesehatan laboratorium, radiografer yang menangani Covid-19," kata Ketua Umum PPNI Harif Fadilah saat mengisi konferensi virtual PPNI bertema Doa Perawat untuk Negeri, Selasa (15/9).
Pihaknya merasakan kehilangan dan duka yang mendalam akibat kematian para tenaga kesehatan perawat ini. Padahal, dia melanjutkan, perawat yang meninggal ini begitu berkompeten dan berdedikasi tinggi. Lebih lanjut, ia meminta keselamatan perawat tetap terjamin. Sebab, negara ini akan menderita kerugian bila ada tenaga kesehatan kompeten namun tidak bisa melayani masyarakat Indonesia.
Ia menyontohkan jika satu orang perawat sebenarnya bisa memberikan pelayanan kesehatan kepada puluhan orang. Namun ketika satu saja di antaranya sakit bahkan meninggal dunia maka otomatis masyarakat tidak bisa dilayani. "Semoga tenaga kesehatan, khususnya perawat bisa tetap terlindungi dalam melaksanakan tugasnya," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Badan Bantuan Hukum PPNI Maryanto menambahkan, sebanyak 71 perawat meninggal dunia akibat Covid-19 selama kurun waktu 12 Maret hingga 14 September 2020. "Mereka terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan tes swab atau rapid test nya. Mereka tersebar di DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, Riau, Sumatra Utara, hingga Dewan Pengurus PPNI luar negeri," katanya kepada Republika.co.id
Dia menyebutkan rinciannya DKI Jakarta 13 orang, Banten dua, Jawa Tengah 13, Jawa Timur 25, Sumatra Selatan empat, Sulawesi Selatan dua, Kalimantan Selatan lima, Kalimantan Tengah dua, Kalimantan Timur satu, Jawa Barat dua, Riau satu, dan DPLN Kuwait satu.