REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penelitian terbaru dari Yale University menemukan bahwa virus corona dapat memengaruhi otak dan membajak sel-selnya. Dalam studi itu, otak disebut menjadi bagian tubuh yang rentan terhadap virus corona.
Para peneliti menyebut bahwa virus bertujuan untuk mereplikasi dirinya sendiri. Mereka mengungkap, meskipun Covid-19 dianggap sebagai penyakit pernapasan, virus tersebut juga nyatanya dapat memengaruhi sistem organ, termasuk sistem saraf pusat, jika ia sampai menyerang otak.
"Studi kami menemukan bahwa SARS-CoV-2 dapat menginfeksi neuron di otak dalam kultur 3D sel otak manusia (disebut organoid). Kami juga mendeteksi neuron yang terinfeksi dari jaringan otak pasien," ujar kepala peneliti dan ahli imunologi di Yale University, Dr Akiko Iwasaki dikutip Fox News, Selasa (15/9).
Iwasaki mengatakan, saat melihat sel yang terinfeksi virus, pihaknya mendapati virus menjadi semakin aktif secara metabolik. Hal itu menunjukkan bahwa virus dapat membajak sel untuk memperbanyak dirinya.
Para peneliti mengungkap, saat virus menginfeksi sel otak, oksigen di sel-sel otak di dekatnya dapat terkuras. Itu terjadi saat virus menggandakan dirinya.
"Karena virus dapat menginfeksi sel-sel di dalam otak, ia dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada sel itu dan sel-sel di sekitarnya. Kami melihat sel-sel di sekitar neuron yang terinfeksi rusak parah dan mati," jelas Iwasaki.
Dalam studi yang diterbitkan di BioRXiv dan menunggu untuk ditinjau sejawat itu, peneliti juga mengungkapkan bahwa ada potensi yang berdampak pada neurologis dari virus yang menyerang otak itu.
"Jika itu terjadi, kemungkinan ada penyakit saraf yang terkait dengan infeksi tersebut. Pada tikus, infeksi pada otak mengakibatkan kematian. Infeksi otak bisa jadi bisa memicu penyakit saraf yang parah pada manusia," kata Iwasaki.
Tak hanya itu, para peneliti juga memeriksa cairan serebrospinal (CSF) pada pasien Covid-19 dengan gejala neurologis akut. Menurut Iwasaki, pihaknya menemukan cairan serebrospinal dari pasien yang terinfeksi Covid-19 memiliki antibodi yang dapat menghalangi virus menginfeksi sel-sel otak menggunakan sistem organoid 3D.
"Ini menunjukkan bahwa ada respons antibodi di dalam otak yang dapat menghalangi virus menginfeksi sel-sel otak.” ungkap Iwasaki.