REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) Nasional, Iwan Setiawan menjelaskan, kalau ada pengajian atau agenda yang menghadirkan jamaah besar, memang biasanya ada pengamanan. Pengamanan ini bukan khusus untuk tokoh dan ulama saja, tetapi juga jamaah.
"Kalau untuk tokoh dan ulama ada SOP-nya sendiri, biasa kami sebut SOP untuk pimpinan," terang dia kepada Republika, Senin (14/9).
Namun, selama pandemi Covid-19, Muhammadiyah hampir tidak pernah mengadakan kegiatan besar dengan menghadirkan ratusan atau ribuan jamaah. Meski begitu, setiap ada agenda Muhammadiyah dengan menghadirkan jamaah ratusan atau ribuan, maka pasti ada pengamanan dari Kokam.
"Itu otomatis dilakukan. Karena pengamanan itu bagian dari tugas kemanusiaan Kokam. Menjaga, melindungi dan memudahkan urusan jamaah Muhammadiyah menjadi bagian dari tugas Kokam. Apalagi dengan kejadian penusukan Ustadz Syekh Ahmad Jaber menjadikan tugas pengamanan menjadi lebih penting," ujar dia.
Iwan memaparkan, Kokam punya divisi provos dan pengamanan yang memiliki keahlian dalam mengatur SOP pengamanan, baik acara indoor atau outdoor. "Kalau acaranya mengundang pejabat pemerintah, biasanya koordinasi dengan pihak kepolisian wajib kita lakukan," ucap dia.
Sebelumnya, pendakwah Syekh Moh Ali Jaber ditusuk seorang pria saat mengisi kajian di Masjid Falahuddin, Tamin, Tanjungkarang, Pusat, Bandarlampung, pada Ahad (13/9) sore. Syekh Ali Jaber mengalami luka pada bagian atas tangan kanannya.
Setelah itu, Syekh Ali Jaber kemudian dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk diberikan pertolongan. Jamaah yang hadir kemudian langsung menangkap lelaki yang melakukan penusukan. Aparat kepolisian langsung mengamankan pelaku ke tempat pos polisi.