Selasa 15 Sep 2020 19:33 WIB

Cerita Sedih Ahli Waris Nakes Meninggal Akibat Covid

Acapkali keluarga mendapatkan perilaku tidak semestinya seperti penolakan pemakaman.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah tenaga kesehatan (Nakes) mengenakan alat pelindung diri lengkap saat uji usap massal (ilustrasi)
Foto: ANTARA/FB Anggoro
Sejumlah tenaga kesehatan (Nakes) mengenakan alat pelindung diri lengkap saat uji usap massal (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) menyisakan duka mendalam bagi tenaga kesehatan (nakes) yang menangani pasiennya. Meski nakes ini telah berjuang menyelamatkan nyawa dan meninggal dunia usai menangani pasien, mereka acapkali mendapatkan perilaku tidak semestinya seperti keluarga almarhun/almarhumah yang ikut merasakan getahnya mendapatkan stigma dari masyarakat.

Ahli waris perawat RS Kariyadi dari Jawa Tengah, almarhumah Nuria Kurniasih, Joko Wibowo masih mengingat jelas momen saat 9 April 2020 lalu. Saat itu istri Joko yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit di Semarang, Jawa Tengah tidak bisa ditolong usai menangani Covid-19 dan harus dimakamkan.

Baca Juga

"Tetapi kami mendapatkan stigma buruk dan penolakan pemakaman istri. Sangat besar cobaan ini bagi kami," ujarnya saat mengisi konferensi virtual Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) bertema Doa Perawat untuk Negeri, Selasa (15/9).

Meski mendapat ujian berat, ia mencoba untuk kuat dan bangkit. Ia mencoba menata hidupnya dan optimistis. Ia menyadari Indonesia juga tengah berduka menghadapi pandemi ini.  

Di kesempatan yang sama, ahli waris almarhum perawat dari Jatim, Zaenal Khabibi, Muslihah juga merasakan kesedihan yang sama. "Kehilangan orang yang disayangi dan stigma dari masyarakat adalah beban yang sangat berat bagi kami," ujarnya.

Ia menceritakan, suaminya bertugas sebagai perawat petugas surveillans dan merasakan gejala sakit setelah melakukan penyuluhan keliling dan membagikan masker dan penyanitasi tangan (hand sanitizer). Kemudian, dalam keadaan sakit dan dirawat di ruang isolasi, almarhum suaminya masih melakukan pelaporan secara online terkait tugas-tugasnya. Tetapi, nyawa suaminya tidak bisa diselamatkan.

"Suami saya sudah berjuang mempertaruhkan nyawa demi menolong raga yang lain sesuai tugas profesinya. Bagi saya pribadi, ini adalah pengabdian terhadap tugas profesi," katanya.

Tak hanya dirinya dan keluarga yang kehilangan Zaenal, ia melihat masyarakat yang bersentuhan dengan almarhum ikut merasa kehilangan sosok yang selalu riang, ramah, suka menolong, dan tidak kenal waktu jika ada yang membutuhkan pertolongan. "Semoga almarhum husnul khatimah, diampuni segala dosa, diterima amal ibadahnya, dan ditempatkan di surga Allah SWT," katanya.

Di kesempatan itu, ia juga berterimakasih atas kebijakan presiden dan pemerintah Indonesia sangat membantu meringankan bebannya. Ia bersyukur pemerintah memberikan perhatian kepada keluarga almarhum termasuk dukungan santunan, tanda kehormatan bintang, dan beasiswa pendidikan untuk putra putrinya.

Ia juga berterimakasih kepada DPP PPNI dan tim Satgas Penanganan Covid-19 yang membantu dan mengawal dan memfasilitasi dirinya melengkapi dokumen untuk mendapatkan penghargaan dan santunan tersebut. "Semoga apa yang kami terima bisa bermanfaat sesuai harapan kita bersama," ujarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement