REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Country Director Islamic Relief Worldwide (IRW) Jakarta, Nanang Subana Dirja menyampaikan respon terkait pemberitaan tentang dugaan dukungan IRW terhadap Ikhwanul Muslimin. Melalui pernyataan yang diterima Republika, Selasa (15/9), Nanang mengatakan telah menanyakan langsung kebenaran berita tersebut kepada IRW Pusat di Inggris.
“Setelah membaca artikel tersebut, saya langsung melaporkan kepada pimpinan kami di kantor pusat Inggris untuk mencari tahu kebenaran berita tersebut karena saya sangat kaget membacanya,” ujar Nanang.
“Sejauh sepengetahuan saya, Islamic Relief Worldwide adalah organisasi kemanusiaan murni yang tidak berafiliasi pada kepentingan kelompok dan tidak menjadi partisan gerakan politik,” sambungnya.
Dia menjelaskan, IRW selama ini terus fokus melaksanakan gerakan kemanusiaan yang berdasar pada empat prinsip utama, Kemanusiaan, Imparsialitas (tidak membeda-bedakan suku, agama, golongan, dan ras dalam memberikan bantuan kemanusiaan), Netral dan tidak memihak kepada salah satu suku, agama, golongan, dan ras, serta Mandiri atau tidak tergantung pada golongan, kelompok, maupun pihak tertentu.
“Gerakan kami murni untuk membantu meringankan beban mereka yang menderita maupun yang termasuk ke dalam masyarakat kurang beruntung seperti kaum miskin dan duafa yang dilandasi oleh nilai-nilai Islami yaitu Ikhlas (Ihlas tanpa pamrih membantu sesama), Ihsan (berkualitas dalam memberikan bantuan), Rahma (Disertai Kasih Sayang), Adl (Adil dalam memberikan bantuan kepada yang membutuhkan), dan Amana (amanah dalam menjalankan misinya),” ujar Nanang menambahkan.
Dalam pernyataan yang sama, Pimpinan IRW Birmingham, Inggris juga memberikan klarifikasi terkait tuduhan dukungan kegiatan Ikhwanul Muslimin. Dalam pernyataannya, IRW Inggris dengan tegas tuduhan menyesatkan tersebut.
Mereka juga menegaskan bahwa IRW merupakan organisasi kemanusiaan yang murni dan tidak terhubung dengan ekstrimis atau elit politik manapun. “Berlawanan dengan laporan media yang tidak akurat dan menyesatkan, Islamic Relief Worldwide (IRW) adalah organisasi kemanusiaan murni tanpa hubungan dengan ekstremis atau politik,” katanya.
IRW telah beroperasi di lebih dari 40 negara di lima benua, dan memberikan bantuan dengan kepatuhan ketat dengan prinsip-prinsip kemanusiaan dan hukum internasional. Salah satu badan amal muslim terbesar di Inggris ini juga bekerja erat dengan banyak pemerintah dan badan PBB, dan memiliki ribuan donatur tetap.
“Dalam dekade terakhir, IRW telah melakukan 500 program bantuan, baik yang diamanatkan pemerintah maupun lembaga donor lainnya, dan tidak satupun dari program ini yang memiliki bukti keterikatan IRW dengan kelompok ekstrimis,” tegasnya.
Indonesia adalah salah satu dari banyak negara yang bekerjasama dengan IRW. Sejak November 2018 Islamic Relief Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian kemitraan kerja sama selama tiga tahun untuk bekerja sama dalam penyediaan kesejahteraan sosial dan pengentasan kemiskinan.
“IRW dan IR Indonesia keduanya beroperasi sesuai dengan prinsip kemanusiaan yang tidak memihak dan netral. Mereka tidak memiliki afiliasi politik, dan IRW dengan tegas membantah tuduhan media bahwa itu terkait dengan Ikhwanul Muslimin,” ujarnya menegaskan.
Dia menegaskan, tidak ada organisasi eksternal yang memiliki pengaruh atau kendali atas IRW, yang selama ini beroperasi secara independen. IRW juga terus menyaring semua stafnya di seluruh dunia berdasarkan 540 daftar pantauan global untuk memastikan bahwa IRW tidak mempekerjakan individu yang terkait dengan organisasi terlarang atau terorisme, kata dia.
“Sistem dan proses keuangan kami memiliki pengawasan dan keseimbangan untuk memastikan bahwa semua dana dan sumber daya digunakan hanya untuk tujuan kemanusiaan,” tambahnya.
Dia meyakinkan, kekhawatiran tentang Islamic Relief yang diungkapkan dalam laporan media oleh seorang politisi Swedia, Lars Adaktusson, tidak mewakili pandangan Pemerintah Swedia, yang memiliki kemitraan jangka panjang dan berharga dengan IRW.
Jika ada kekhawatiran yang sah tentang IRW, mereka tidak akan ragu untuk mengambil tindakan yang sesuai, kata dia. “Dalam kedua kasus tersebut, dewan IRW bertemu dalam sesi darurat pada hari mereka diberi tahu tentang postingan media sosial tersebut. Dalam kedua kasus tersebut, individu yang bersangkutan menerima bahwa mereka harus mengundurkan diri. Keduanya mengundurkan diri, dan tidak ada yang akan memainkan peran lebih jauh dalam tata kelola IRW,” ujarnya menjelaskan.
“Pandangan yang diungkapkan oleh individu-individu ini sama sekali tidak mewakili pandangan atau nilai-nilai IRW sebagai sebuah organisasi. Dewan IRW yang baru terpilih memuji dewan sebelumnya karena mengambil tindakan cepat, meminta maaf atas pelanggaran yang ditimbulkan, dan berjanji untuk memperkuat kebijakan yang mengatur pemeriksaan wali amanat dan penggunaan media sosial sebagai masalah yang mendesak,” pungkasnya.