Rabu 16 Sep 2020 00:48 WIB

Nilai Keagamaan dan Kebudayaan Saling Menguatkan

Nilai kebudayaan dan keagamaan bukan dikotomis.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Kementerian Agama dan Balai Pelestarian Nilai dan Budaya (BPNB) Jawa Barat Kemendikbud menandatangani nota kesepamahan (MoU) di Bogor, Senin (14/12).
Foto: Dok Republika
Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Kementerian Agama dan Balai Pelestarian Nilai dan Budaya (BPNB) Jawa Barat Kemendikbud menandatangani nota kesepamahan (MoU) di Bogor, Senin (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR -- Kepala Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Kementerian Agama, Nuruddin mengatakan, nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan bukanlah sesuatu  yang dikotomis. Menurut dia, keduanya bisa saling menguatkan untuk membangun sikap toleransi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 

"Nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai kegamaan bukanlah sesuatu yang dikotomis, tapi saling terkait dan saling menguatkan," ujar Nuruddin saat membuka acara "Seminar Manuskrip Keagamaan dan Nilai Kebangsaan" di Bogor, Senin (14/9). 

Baca Juga

Menurut dia, banyak permasalahan yang muncul di tengah-tengah masyarakat karena mendikotomikan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan. Karena itu, menurut dia, para peneliti harus mampu menjawab permasalahan tersebut. 

"Makanya harus kita sama-sama jawab bahwa harmoni, kebersamaan, kerukunan, dan kerjasama ini menjadi nilai yang melekat di dalam masyarakat kita," ucapnya. 

Untuk menguatkan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan di tengah-tengah masyarakat, dalam seminar tersebut BLAJ Kemenag kemudian melakukan penandatanganan nota kesepamahan (MoU) dengan Balai Penestarian Nilai Budaya (BPNB) Jawa Barat Kemendikbud.

"BNPB ini kan di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan. Artinya, ada ruang lingkup yang lebih luas dalam membangun nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai keagamaan untuk masuk dalam ranah pendidikan. Itu yang menjadi poin penting," kata Nuruddin. 

Seperti diketahui, tambah dia, salah tujuan utama dari sistem pendidikan nasional adalah mewujudkan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa kepada tuhan yang mahasa Esa, berakhlak mulia, dan menanamkan nilai-nilai kemajemukan kepada peserta didik. 

"Nah, dalam konteks kerjasama ini kita bisa melakukan untuk memberikan masukan kebijakan bagaimana nilai-nilai itu bisa masuk dalam proses pendidikan anak-anak kita," jelas Nuruddin. 

Setelah melakukan penandatangan MoU, Kepala BPNB Jawa Barat, Jumhari menjelaskan, kerjasama tersebut bertujuan untuk membangun sinergi antar sesama lembaga pemeirntah. Apalagi, menurut dia, BLAJ dan BPNB mempunyai irisan yang kuat, baik dalam kajian kebudayaan maupun keagamaan.

"Wilayah kajiannya juga memiliki kesamaan. Misalnya, kalau bicara soal kearifan lokal bisa dilihat dari persepektif budaya maupun agama," kata Jumhari. 

Dia juga menegaskan bahwa agama dan budaya bukanlah dua kutup yang berbeda, tapi merupakan dua hal yang bisa saling mendukung terkait pengembangan nilai-nilai kegamaan dan nilai-nilai kebangsaan. 

"Yang tidak kalah pentingnya, tujuan kerjasama ini adalah untuk sharing informasi dan data terkait kajian. Sehingga tidak lagi muncul duplikasi terkait kajian yang sebenarnya sumbernya sama."

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement