REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan, Bio Farma memiliki dua pendekatan strategis dalam hal pembuatan vaksin, yaitu untuk jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini disampaikan Honesti saat menerima kunjungan Ketua MPR Bambang Soesatyo di kantor Bio Farma, Bandung, Selasa (15/9).
Dalam jangka panjang, Bio Farma akan mengembangkan vaksin merah-putih, berkolaborasi dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman, yang akan menggunakan strain virus asli Indonesia.
"Vaksin merah putih diharapkan akan diproduksi pada kuartal tiga dan kuartal empat 2022, bekerja sama dengan lembaga Eijkman yang berperan dalam penelitian awal sampai pembuatan bibit vaksin, untuk kemudian pada kuartal satu sampai kuartal kedua 2021 akan dilanjutkan Bio Farma dari mulai preclinical trial, Uji Klinis tahap I, II dan III yang kemudian untuk diregistrasikan ke Badan POM," ujar Honesti.
Sembari menunggu vaksin buatan asli Indonesia ini dibuat, Bio Farma menggandeng Sinovac untuk penyediaan vaksin Covid-19. Saat ini, kata Honesti, calon vaksin dari Sinovac masih memasuki tahap uji klinis tahap III di Bandung bekerja sama dengan FK Unpad dengan melibatkan 1.620 relawan yang bertujuan melihat keamanan dan keampuhan dari calon vaksin Covid-19 tersebut.
Honesti mengungkapkan, pemilihan Sinovac berdasarkan daftar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahwa Sinovac merupakan salah satu perusahaan yang penelitian vaksin untuk Covid-19nya sudah masuk ke dalam tahap Uji Klinis tahap III.
"Sinovac bukanlah mitra asing bagi Bio Farma, karena dalam perjalanannya, Bio Farma dan Sinovac sudah melakukan pengembangan produk bersama, dan mereka salah satu perusahaan vaksin yang sudah mendapatkan sertifikasi dari WHO," ucap Honesti.
Selain itu, lanjut Honesti, vaksin Covid-19 yang Sinovac kembangkan ialah jenis vaksin inactivated atau vaksin yang sudah dimatikan dan Bio Farma sudah menguasai metode pembuatan vaksin tersebut.
Bio Farma siap menerima bahan baku vaksin dari Sinovac pada November 2020 sebanyak 10 juta dosis, dan berturut-turut akan dikirimkan 40 juta dosis dalam jangka waktu Desember 2020 hingga Maret 2021 sehingga total bahan baku vaksin yang akan Bio Farma terima dari sinovac sebanyak 50 juta dosis vaksin,
"Sinovac sudah komitmen mengirimkan bulk vaksin Covid-19 sebanyak 50 juta dosis hingga Maret 2021. Kemudian mereka juga akan memprioritaskan bahan baku vaksin Covid-19 tersebut, sebanyak 210 juta dosis hingga Desember 2021 mendatang sehingga total dari Sinovac ada 260 juta dosis," lanjut Honesti.
Selain dari Sinovac, untuk memenuhi kebutuhan vaksin di Indonesia, salah satu anggota holding BUMN Farmasi yaitu PT Kimia Farma sudah melakukan MoU dengan perusahaan farmasi dari Uni Emirat Arab, G42, untuk mendapatkan 10 juta dosis vaksin dalam bentuk final product pada Desember 2020. Selain 10 juta dosis pada 2021, G42 berkomitmen memberikan suplai sebanyak 50 juta dosis sehingga dari G42 akan mendapatkan total 60 juta dosis.
Ketua MPR Bambang Soesatyo ingin memastikan proses pengadaan vaksin Covid-19 untuk keselamatan masyarakat Indonesia sudah berjalan. Hal ini sejalan dengan amanat pembukaan UUD 45 yang mana pemerintah wajib melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum rakyat Indonesia.
"Kami meminta pemerintah serius menanggulangi dan memutus mata rantai pandemik Covid-19," kata Bambang.
Bambang menyampaikan saat ini Indonesia sedang dihadapkan tarik ulur dua kutub kepentingan yaitu antara melindungi kesehatan masyarakat atau menyelamatkan perekonomian negara yang terus tergerus dampak pandemi.
"Ada langkah yang sangat urgen dan segera dilaksanakan, salah satunya menemukan segera vaksin yang tidak saja efektif untuk melawan Covid-19, melainkan juga aman ketika kita gunakan. Di sini peran sentral dan menentukan Bio Farma sebagai pesohor industri farmasi yang produnya telah digunakan di lebih dari 150 negara," ucap Bambang.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Penny K Lukito mengatakan, Peran Badan POM dikaitkan dengan kebutuhan vaksin dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19. Saat ini, kata Penny, vaksin Covid-19 sudah mulai masuk uji klinis tahap ke III, tentunya dengan harapan keamanannya yang sudah terbukti pada uji klinis I dan II, dengan subjek yang lebih besar akan dibuktikan pada fase uji klinis ke III.
"Badan POM juga sudah mendampingi ekspansi kapasitas produksi dari Bio Farma untuk nanti kita bisa melakukan tahapan pengembangan vaksin di Indonesia. Jadi, ke depannya kita tidak hanya membeli produk yang sudah jadi dari luar negeri, tetapi juga bisa memproduksi sendiri di dalam negeri," kata Penny.