REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bekerja sama menggelar forum intelektual dalam bentuk short course dengan judul Islamic Economics Winter Course 2020. Berbeda dengan acara Islamic Economics Winter Course sebelumnya, acara tahun ini berlangsung melalui media daring yang digelar selama tujuh hari, mulai Senin (14/9) hingga Rabu (23/9).
Mengangkat tema “Islamic Social Finance and Its Role for Achieving SDGs", forum ini mengundang narasumber dengan kualifikasi yang tinggi di bidang Islamic Social Finance dan dikenal baik di seluruh belahan dunia. Diantaranya oleh Dr. Resfa Fitri selaku Ketua Panitia, Rektor IPB, Prof Arif Satria, Direktur Puskas BAZNAS, Dr. Muhammad Hasbi Zaenal, Ketua Komunitas Islam di Bosnia Herzegovina, Dr. Elnur Salihovic, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Syariah IPB, Dr. Asep Nurhalim, Direktur Direktorat Program Internasional IPB, Prof. Iskandar Zulkarnaen Siregar, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Prof Nunung Nuryatono.
Para peserta Islamic Economics Winter Course berjumlah 78 dengan background yang beragam dari praktisi, peneliti dan akademisi. Tidak hanya itu, lebih dari sepertiga peserta berasal dari luar negeri seperti India, Bangladesh, Kenya, Malaysia, Algeria, Maroko, Singapura, Nigeria, Sri Lanka hingga Jerman.
Direktur Pusat Kajian dan Strategis BAZNAS, Dr. Muhammad Hasbi Zaenal mengatakan dengan peserta yang memiliki latar belakang yang beragam, forum ini dapat menjadi network baru dan unik yang bisa memperkaya pengalaman mengenai Islamic Social Finance.
“Terima kasih kepada IPB atas kerja sama yang terjalin dengan melibatkan BAZNAS dalam forum internasional ini. Islamic Social Finance memiliki potensi yang luar biasa untuk mengembangkan dan menggapai aspirasi SDGs. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai jenis program yang dilakukan oleh berbagai instrumen dari Islamic Social Finance seperti Zakat, Wakaf dan keuangan mikro, yang memiliki irisan dengan tercapainya SDGs, diantaranya adalah pengentasan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan berkualitas, air dan sanitasi dan banyak lainnya,” ujar Hasbi.
Hasbi menambahkan dari forum ini, diharapkan akan lahir perspektif, strategi dan kajian yang tak hanya relevan dengan isu pandemi Covid-19, namun juga menjadi wadah optimisme baru untuk memacu potensi Islamic Social Finance dalam upayanya memenuhi SDGs.
“Forum Islamic Economics Winter Course ini juga dapat membuat banyak terobosan dan memperbarui semangat untuk membumikan ekonomi Islam dengan segala manfaatnya bagi masyarakat,” katanya.
Forum Islamic Economics Winter Course 2020 ini terbagi menjadi empat pembahasan utama. Pembahasan pertama bertemakan filosofi ekonomi Islam dan pengenalan terhadap Islamic Social Finance sebagai salah satu instrumen utama ekonomi Islam. Tema pertama ini dilakukan di hari kedua dan disampaikan oleh Prof. Mehmet Asutay (Durham University) dan Dr. Aishath Muneeza (INCEIF). Pembahasan kedua memiliki tema yang berkaitan dengan zakat dan berlangsung pada hari ketiga dan keempat dibawakan oleh Assoc. Prof. Mustafa Omar (IIUM), Dr Irfan Syauqi Beik (BAZNAS), Prof. Abdul Ghafar (USIM) serta Yasmina Francke (Lembaga Zakat Afrika Selatan).
Pembahasan ketiga bertemakan wakaf dan disampaikan oleh Prof. Raditya Sukmana (UNAIR) dan Dr. Hendri Tanjung (BWI) pada hari kelima. Lalu, tema keempat pada hari keenam adalah keuangan mikro yang dibawakan oleh Dr. Mohammed Obaidullah (IsDB) dan Prof. Habib Ahmed (Durham University).
Pada hari penutup, para peserta akan dapat berdiskusi dan melihat langsung dampak dari Islamic Social Finance dengan desa binaan BAZNAS yaitu kampung Batik dan Tegalwaru.
Dalam menghadapi Covid-19, celah untuk memenuhi aspirasi SDGs semakin besar. Pandemi ini memiliki dampak luar biasa yang menyebabkan buruknya kesehatan serta meningkatnya jumlah pengangguran dan kemiskinan. Di satu sisi, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia telah menembus angka 200.000 dan banyak rumah sakit yang sudah tak bisa mengakomodasi jumlah yang semakin naik.
Di sisi lain, pada kuarter kedua tahun 2020, PDB Indonesia jatuh secara drastis pada minus 5.23 persen dan oleh karena itu ekonomi berisiko untuk jatuh ke jurang resesi. “Menghadapi fenomena ini, peran Islamic Social Finance semakin krusial dalam membantu dan meringankan masyarakat yang terdampak,” tutur Hasbi.