Rabu 16 Sep 2020 11:11 WIB

Wapres Soroti Tiga Tantangan Umat Islam Saat Ini

Tantangan itu yakni persepsi terhadap agama islam, Islamophobia dan ekonomi islam

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Wakil Presiden Maruf Amin
Foto: KIP/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti tiga tantangan umat Islam secara global saat ini. Ma'ruf menyebut, di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini, umat Islam dunia harus menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, persepsi bahwa Islam sebagai agama konflik dan kekerasan.

Ia mengatakan, persepsi itu berkembang karena berbagai konflik banyak terjadi di negara muslim khususnya di Timur Tengah. Sekitar 60 persen konflik di dunia melibatkan negara-negara Islam.

"Lebih jauh lagi, Islam telah dipersepsikan sangat buruk di masyarakat Barat. Hasil survei Pew Research tahun 2017 misalnya, menggambarkan bagaimana pandangan warga di Amerika Serikat terhadap Islam," ujar Ma'ruf saat memberikan keynote speaker dalam Webinar Internasional Antar Rois Syuriah PCINU di berbagai dengan Tema “Diplomasi Santri dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia, Selasa (15/9).

Ma'ruf mengatakan, survei menunjukkan lebih dari 41 persen warga AS melihat Islam mendorong terorisme dan kekerasan, lebih dari 44 persen melihat Islam dan demokrasi tidak dapat berjalan beriringan, dan hampir 50 persen melihat sebagian warga muslim adalah anti Amerika.

Hal tidak berbeda jauh, kata Ma'ruf, terjadi di Eropa. Dari hasil survey di 10 Negara Eropa tercatat lebih dari 50 persen warga Eropa memandang Islam secara negatif.

Ma'ruf mengatakan, pendidikan Islam yang dikenal sebagai “madrasah” dianggap sebagai tempat pembibitan ideologi ekstrim. Ia menilai, generalisasi peran negatif madrasah diperoleh hanya karena orang Barat melihat beberapa pelaku teroris merupakan alumni madrasah.

"Cara pandang yang selalu menggeneralisasi dan negatif ini harus kita lawan. Namun di saat yang sama umat juga perlu introspeksi," ungkap Ma'ruf.

Selain itu, tantangan kedua lainnya, yaitu meningkatnya tren Islamophobia di berbagai belahan dunia. Ia mencontohkan, serangan/pelecehan terhadap muslim di AS yang dari tahun ke tahun terus meningkat 36 persen pada 2016, jika dibanding tahun 2001.

Ia melanjutkan, hal sama juga terjadi di Eropa. Pada tahun 2017, rata-rata 1 dari 3 muslim yang disurvei mengalami diskriminasi dan prasangka buruk (prejudice).

Ketiga, tantagan besar kita adalah kondisi sosial dan ekonomi umat Islam yang masih sangat memprihatinkan. Ma'ruf mengungkap, pada tahun 2018 hanya 31 negara dari 57 anggota OKI yang memiliki tingkat literasi di atas 90 persen.

Karena itu, Negara-negara muslim saat ini masih harus berjuang melawan kemiskinan.

"350 juta orang di negara-negara OKI  hidup di bawah USD 1,25 per hari, tingkat rata-rata pengangguran di negara OKI 6 persen di tahun 2018, atau di atas rata-rata pengangguran dunia yang 5,1 persen," ujarnya.

Karena itu, tiga tantangan global itu menunjukkan betapa besarnya pekerjaan rumah semua umat dalam memajukan umat Islam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement