REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Miguel Munene diapit kedua orang tuanya, duduk di depan televisi. Balita berusia lima tahun itu menonton sebuah karakter kartun yang mengajarkannya cara mengeja 'ikan'.
Sejak pemerintah menutup sekolah untuk menahan laju penyebaran virus corona pada Maret lalu, televisi menjadi guru pengganti Munene dan teman-teman sekelasnya. Sekolah mereka ditutup setidaknya hingga Januari.
Banyak anak-anak Afrika yang tidak memiliki opsi untuk belajar daring. Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan setidaknya setengah siswa sekolah di sub-Sahara Afrika tidak memiliki akses internet.
Beberapa anak seperti Munene menonton kartun yang diproduksi oleh organisasi non-profit Tanzania, Ubongo. Lembaga swadaya masyarakat itu memberikan konten pendidikan gratis di televisi dan radio di seluruh Afrika.
"Program-program lain hanya untuk bersenang-senang, tapi Ubongo membantu anak-anak, sekarang dia bisa membedakan banyak bentuk dan warna, baik dalam bahasa Inggris maupun Swahili," kata ibu Munene, Celestine Wanjiru, Rabu (16/9).
Kepala komunikasi Ubongo Iman Lipumba, mengatakan pada Maret lalu program-program Ubongo disiarkan di stasiun televisi di sembilan negara yang mencakup 12 juta rumah tangga. Pada Agustus, jumlah itu naik menjadi 17 juta rumah tangga di 20 negara.
"Pandemi Covid-19 benar-benar memaksa kami cepat berkembang," kata Lipumba.
Pada 2014 lalu, sekelompok seniman, inovator dan pendidik di Tanzania mendirikan Ubongo TV di Tanzania. Sejak itu mereka mendapatkan dana hibah sebesar 4 juta dolar AS dan menerima 700 ribu dolar dari Youtube, penjualan produk, lisensi karakter, dan produksi program.
Pandemi Covid-19 buat program-program Ubongo menjadi satu-satunya akses pendidikan bagi anak-anak seperti Munene. Kementerian Pendidikan Kenya mengatakan sekolah dapat dibuka kembali bila jumlah kasus infeksi Covid-19 menurun drastis.
Sejauh ini Kenya sudah mengkonfirmasi 36 ribu kasus infeksi dan lebih dari 620 kasus kematian. "Anak Anda bersama Anda setiap waktu jadi ketika ada program-program seperti ini, maka sangat membantu," kata ayah Munene, Patrick Nyaga.
Tapi televisi tidak bisa sepenuhnya menggantikan guru di sekolah. "Cara anak-anak belajar melalui program-program ini berbeda dibandingkan saat mereka berinteraksi dengan guru dan teman-teman, kami berharap sekolah segera dibuka kembali," kata Nyaga.