REPUBLIKA.CO.ID,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Ayat di atas menjelaskan, Allah SWT tidak akan mengubah kenikmatan-kenikmatan yang dirasakan dan didapatkan suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nikmat yang dianugerahkan kepada kaum tersebut.
Kenikmatan-kenikmatan yang saat ini kita rasakan tidak akan bertahan lama, bahkan akan diganti dengan derita dan siksa jika kita mengubah kenikmatan dengan sesuatu yang dilarang Allah SWT.
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
"Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Mahamendengar lagi Mahammengetahui." (QS al-Anfal [8]: 53).
Mengubah nikmat Allah SWT adalah dengan mengubah keimanan dengan kekufuran, mengganti ketaatan dengan kemaksiatan, dan dari syukur menjadi kesombongan. Tegasnya, dari kebaikan diubah dengan keburukan.
Bila hal ini terjadi, kenikmatan yang selama ini kita rasakan akan diubah oleh Allah SWT dengan bencana dan malapetaka. Sebab, keimanan, ketaatan, dan syukur melanggengkan nikmat. Sedangkan, kekafiran, kemaksiatan, dan kesombongan mendatangkan petaka dan meraibkan kenikmatan.
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
"Dan, Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tapi (penduduk)-nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS an-Nahl [16]: 112).
Namun, jika kita telanjur telah mengubah nikmat Allah SWT dengan berbagai pelanggaran dan kemaksiatan, janganlah kita berputus asa. Bersegeralah untuk mengingat Allah SWT, berdoa dan bermohon ampunan kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda:
إنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم حدَّثَني عن ربِّهِ عزَّ وجلَّ، فقال: وعِزَّتي وجَلالي، وارتِفاعي فَوْقَ عَرْشي، ما مِن أهْلِ قريةٍ ولا بيتٍ ولا رَجُلٍ بباديةٍ كانوا على ما كَرِهْتُ مِن معصيتي فتَحَوَّلوا عنها إلى ما أَحبَبْتُ مِن طاعتي، إلَّا تَحَوَّلْتُ لهُم ممَّا يَكرَهون مِن عَذابي إلى ما يُحِبُّونَ مِن رَحْمَتي.
"Allah SWT berfirman, 'Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, dan demi ketinggian-Ku di atas Arasy-Ku. Tidaklah penduduk suatu desa atau suatu keluarga, atau seseorang yang tinggal di padang sahara, yang melakukan perbuatan yang Aku benci yang berupa kemaksiatan kepada-Ku, kemudian mereka mengubah perbuatan tersebut menjadi perkara yang Aku cintai yang berupa ketaatan kepada-Ku, melainkan Aku akan mengubah azab-Ku yang mereka benci menjadi rahmat- Ku yang mereka cintai.'" (HR Abu Naim dari Ali bin Abi Thalib).